BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sindrom
Imunodefisiensi Didapat (AIDS) menarik perhatian komunitas
kesehatan pertama kali pada ditemukan, tahun 1981, saat terjadi kasus-kasus
pneumonia dan Sarkoma Kaposi yang tidak lazim pada laki-laki homoseks di
California, Amerika. Bukti epidemiologik mengisyaratkan terdapatnya suatu
agen infektiosa, dan pada tahun 1983 virus imunodefisiensi manusia
tipe-1 (HIV-1) diidentifikasi sebagai penyebab penyakit (Barre-Sinoussi et
al.,1983; Gallo, 1984). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. Kasus
AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama. Saat ini AIDS
dijumpai pada hamper semua Negara, dan merupakan sebuah pandemik di dunia.4
Sampai
Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang,
sejak pertama ditemukan, tanggal 5 Juni 1981. Data terakhir pada Desember
2004, jumlah ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.7
Saat
ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan
berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis
pembangunan Negara, krisis ekonomi, pendidikan juga krisis kemanusiaan.
Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi. Sebagai
krisis kesehatan, AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan
layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.
Kasus
pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981.Meskipun demikian, dari
beberapa literatur sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan definisi
surveilans AIDS pada tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat. Sampel
jaringan potongan beku dan serum dari seorang pria berusia 15 tahun di St.
Louis, AS, yang dirawat dengan dan meninggal akibat Sarkoma Kaposi diseminata
dan agresif pada 1968, menunjukkan antibody HIV positif dengan Western Blot dan
antigen HIV positif dengan ELISA. Pasien ini tidak pernah pergi ke luar
negeri sebelumnya, sehingga diduga penularannya berasal dari orang lain yang
juga tinggal di AS pada tahun 1960-an, atau lebih awal.
Virus
penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada
waktu itu diberi nama LAV (lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo
menemukan virus penyebab AIDS pada tahun 1984 yang saat itu dinamakan HTLV-III.
Sedangkan tes untuk memeriksa antibody terhadap HIV dengan cara ELISA baru
tersedia pada tahun 1985.
Istilah
pasien AIDS tidak dianjurkan dan istilah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) lebih dianjurkan
agar pasien AIDS diperlakukan lebih manusiawi, sebagai subjek dan tidak
dianggap sebagai sekedar objek, sebagai pasien.
Kasus
pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan
tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara Belanda di Bali. Sebenarnya
sebelum itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember 1985 yang secara klinis
sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan hasil tes ELISA tiga kali diulang,
menyatakan positif. Hanya, hasil tes Western Blot, yang saat itu
dilakukan di Amerka Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai
kasus AIDS. Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1988 di RS
Cipto Mangunkusumo, pada pasien hemofilia dan termasuk jenis non-progessor,
artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17 tahun tanpa
pengobatan, dan sudah dikonfirmasi dengan Western Blot, serta masih berobat
jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002. 1
Sampai
saat ini terapi infeksi HIV belum dapat mengeradikasi HIV. ARV bukan obat
pembunuh virus, nemun pemberian obat tersebut dapat menekan angka kesakitan dan
angka kematian. Namun bila terapi dihentikan, jumlah virus akan kembali
seperti semula. Tujuan utama terapi HIV dengan ARV adalah penekanan
secara verkelanjutan jumlah virus, pemulihan dan/atau pemeliharaan fungsi
imunologik, perbaikan kualitas hidup, dan mengurangan morbiditas-mortalitas
HIV.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Sebagai
salah satu syarat kelulusan dalam kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan
khusus penulisan refrat ini adalah menguraikan permasalah dan penanganan kasus
pada pasien dengan HIV/AIDS.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Etiologi
Infeksi
HIV disebabkan oleh Human Imuno-deficiency Virus dahulu disebut Human
T-cell Lymphotrophic Virus type-III (HTLV-III) atau Lypmphadenopathy
Virus (LAV). HIV termasuk golongan retrovirus manusia sitopatik, dari
famili lentivirus, yang memiliki materi genetik berupa sepasang asam
ribonukleat rantai tunggal yang identik dengan suatu enzim yang disebut reverse
transcriptase.1,5 HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di dunia.
Virion
HIV terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu envelope yang merupakan lapisan luar, capsid yang meliputi
isi virion dan yang ketiga adalah core yang merupakan isi virion.
Envelope adalah lapisan lemak ganda yang terbentuk dari sel penjamu
dan mengandung protein penjamu. Pada lapisan ini tertanam glikoprotein
virus yang disebut gp41. Pada bagian luar protein ini terikat gp120,
molekul ini akan berikatan dengan reseptor CD4 pada saat menginfeksi limfosit
T4 dan sel lainnya yang mempunyai reseptor tersebut. Capsid
berbentuk iko-sahedral dan merupakan lapisan protein yang dikenal sebagai
p17. Pada bagian core terdapat sepasang RNA tunggal, enzim-enzim
seperti reverse transcriptase, endonuclease dan protease
serta protein-protein struktural terutama
p24.
Gambar 1. Struktur
HIV-1 4
2.2. Epidemiologi
HIV
merupakan pandemik dunia. Hampir setiap negara terdapat infeksi HIV.1,3,7
HIV-2 lebih prevalen di banyak negara Afrika barat, namun HIV-1 merupakan virus
predominan di Afrika tengah dan timur, dan bagian dunia lainnya. Menurut The
Joint United Nations Program on HIV/AIDS (2000), bahwa 36,1 juta orang
telah terinfeksi HIV dan AIDS pada akhir tahun 2000. Dari 36,1 juta kasus,
16,4 juta adalah perempuan, dan 600.000 adalah anak-anak berusia kurang dari 15
tahun.5 Data terakhir menyebutkan bahwa sampai Januari 2006,
UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang, sejak pertama
ditemukan, tanggal 5 Juni 1981. Data terakhir pada Desember 2004, jumlah
ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.8
Penularan
HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu melalui
hubungan seksual (baik homoseksual maupun heteroseksual), jarum suntuk (pada
penggunaan narkotika), transfusi komponen darah, dan dari ibu yang terinfeksi
HIV ke bayi yang dilahirkannya.3,9 Oleh karena itu kelompok
risiko tinggi terhadap HIV/AIDS yaitu pada pengguna narkotika, PSK dan
pelanggannya, serta narapidana.
Namun,
infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik
kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Beberapa bayi yang telah
terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari
tahap penularan heteroseksual.
Sejak
1985 sampai 1996 kasus AIDS masih sangat jarang ditemukan di Indonesia.
Sebagian besar ODHA pada masa itu berasal dari kelompok homoseksual.
Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat, sejak pertengahan tahun
1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama disebabkan akibat penularan
melalui narkotika suntik. Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789
kasus AIDS yang dilaporkan. Pada tahun 2002, Departeman Kesehatan RI
memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah berkisar
90.000 sampai 130.000 orang.
Survey
Sentinel yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat, Jakarta, menunjukkan
peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna Narkotika yang sedang menjalani
rehabilitas yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun
2000, dan 47,9% pada tahun 2001. Bahkan sebuah survey telah dilakukan di
sebuah kelurahan di Jakarta Pusat yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu
menunjukkan 93% pengguna narkotika telah terinfeksi HIV.
Survey
lain yang dilakukan pada tahun 1999-2000 pada beberapa klinik KB, Puskesmas dan
Rumah Sakit di Jakarta yang dipilih secara acak menemukan bahwa 6 (1,12%) ibu
hamil dari 537 ibu hamil yang bersedia menjalani tes HIV, ternyata positif
terinfeksi HIV.
2.3. Asal Mula HIV
AIDS
pertama kali dilaporkan pada 5 Juni 1981, saat Badan Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit di Amerika menemukan biakan Pneumocystis cranii pneumonia
pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles. Sebelumnya tercatat tiga
kasus infeksi HIV :
1. Sampel plasma darah diambil
pada tahun 1959 dari seorang laki-laki dewasa di daerah yang kini dikenal
Republik Demokratik Kongo.
2. Ditemukan HIV pada sampel
jaringan dari remaja Afrika-Amerika berumur 15 tahun yang meninggal di St.Louis
tahun 1969.
3. Ditemukan HIV pada sampel
jaringan dari pelaut berwarganegara Norwegia, meninggal tahun 1976.8
Dua
spesies HIV yang menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2, dimana
HIV-1 lebih virulent dan lebih mudah untuk transmisi.
HIV-1 merupakan sumber utama infeksi HIV di dunia, dimana HIV-2 lebih sulit
untuk bertransmisi dan lebih banyak ditemukan di Afrika Barat. HIV-1 dan
HIV-2 berasal dari klas primata, dimana HIV-1 berasal dari Chimpanzee
(ditemukan di bagian selatan Cameroon), dan HIV-2 berasal dari Monyet tua,
ditemukan di Guinea Bissau, Gabon dan Cameroon.8
2.4. Definisi
HIV adalah retrovirus yang menginfeksi organ vital pada
sistem imun tubuh manusia, seperti sel T CD4+, makrofag dan sel
dendrit. Secara angsung dan tidak langsung menghancurkan sel T CD4+,
yang sangat diperlukan dalam sistem imun tubuh. HIV menekan sel T CD4+
sampai mencapai jumlah < 200 sel T CD4+ / µL darah. Hal ini
menyebabkan imunitas sel hilang, berlanjut pada kondisi yang kita kenal sebagai
AIDS.8
Sedangkan
AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh HIV. AIDS merupakan tahap
akhir dari HIV.3
Perjalanan
infeksi HIV yang tidak tertangani dapat dibagi dalam beberapa tahap : 2
Gambar 2. Perjalanan Penyakit HIV
2.5. Patogeneis
HIV
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi
vagina / serviks, urin, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling
efisien melalui darah dan semen. Tiga cara utama penularan adalah kontak
darah, kontak seksual dan kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan,
terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
Limfosit
CD4+ merupakan target utama infeksi HIV, karena virus mempunyai afinitas
terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi
mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya
fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.3
Gambar 3. Hubungan antara HIV (viral load) dengan hasil perhitungan
CD4 pada rata-rata
kasus infeksi HIV yang tidak tertangani.8
Perhitungan Limfosit CD4+
Hasil replikasi HIV RNA , per mL plasma
2.6. Patofisiologi
Dalam
tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali
seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.3
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam 3 fase, yang meliputi fase akut, fase
laten dan fase klinis (fase bergejala).1
2.6.1.
Fase Akut
Fase ini terjadi setelah + 3 minggu infeksi
awal. 50-70% penderita HIV mempunyai gejala yang menyerupai mononucleosis
akut. Masa ini berhubungan dengan jumlah virus yang tinggi dalam
darah. Dalam satu minggu sampai tiga bulan akan terbentuk respon imun
terhadap HIV. HIV akan tersebar luas selama fase infeksi, terutama di
dalam organ limfoid, kemudian imunitas spesifik HIV yang terbentuk pada fase
ini berhubungan dengan penurunan jumlah virus HIV di dalam darah secara tajam
sampai mencapai jumlah virus yang relatif konstan.
Proses ini terjadi berminggu-minggu sampai terjadi
keseimbangan. Imunitas spesifik tidak cukup untuk menurunkan replikasi
virus keseluruhan. Penyebaran HIV terjadi di dalam kelenjar getah bening
walaupun jumlah virus dalam plasma dan mRNA HIV tidak dapat dideteksi dalam
sel-sel molekuler darah tepi. Perubahan yang terjadi berhubungan dengan
respon imun spesifik terhadap HIV. Replikasi virus HIV tidak dapat
dihentikan.
Gejala yang dapat terjadi adalah demam, lemas, nafsu makan
turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare,
pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula /
ruam).1, 3
Seiring
dengan semakin memburukknya kekebalan tubuh, Sindroma HIV akut yang telah
disebutkan diatas, akan semakin jelas pada pasien ODHA.
2.6.2.
Fase Laten
Setelah
infeksi primer, terjadi penyebaran virus, kemudian berperan imunitas spesifik
HIV. Fase laten yang berjalan dalam hitungan tahun. Selama masa ini
semua pasien mengalami penurunan sistem imun yang dapat dideteksi dengan
penurunan CD4.
2.6.3.
Fase Klinis
Penurunan sistem imunologis secara progresif dapat menimbulkan penyakit yang
disebut AIDS, berupa gejala dan tand penyakit umum berat dan lama, infeksi
oportunistik atau neoplasma. Limfadenopati umum progresif pada beberapa
pasien sudah terjadi sejak tahap awal infeksi. Hal ini disebabkan respon
imun terhadap HIV yang berlebihan di dalam kelenjar getah bening. Sarkoma
Karposi dapat timbul sebelum terjadinya imunosupresi berat.
2.7. Gejala Klinis
Sindroma
HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya meliputi
demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk,
nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan
pada kulit (makula / ruam).9
Lebih
dari separuh orang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi primer.
Gejala infeksi primer digambarkan terdapat pada semua populasi yang mempunyai
resiko terkena infeksi laki-laki homoseksual, lak-laki dan wanita heteroseksual,
resipien organ dari donor yang terinfeksi, pengguna narkotika melalui suntikan,
resipien darah yang terkontaminasi dan kecelakaan kerja pada pekerja-pekerja
bidang kesehatan. Sampai sekarang belum ada penelitian yang melaporkan
perbedaan gambaran klinis berdasarkan faktro risiko di atas. Pada
95% kasus sekurang-kurangnya terdapat satu tanda klinis. Gejala klinis
infeksi primer timbul setelah beberapa hari terinfeksi dan berlangsung 2-6
minggu dengan rata-rata 2 minggu setelah terinfeksi. Infeksi primer HIV
dapat tidak bergejala maupun bergejala seperti penyakit flu sampai dengan
manifestasi neurologis.
Infeksi
primer HIV dapat terjadi segera setelah terinfeksi HIV dan gejala klinik yang
terjadi bervariasi baik lama berlangsungnya maupun intensitasnya. Gejala
klinik infeksi primer dapat dibagi menjadi gejala umum, gejala mukokutan,
gejala neurologis, gejala gastrointestinal, serta manifestasi pembesaran
kelenjar getah bening. Gejala umum berupa demam, nyeri otot, nyeri sendi
dan rasa lemah. Demam dengan rata-rata suhu tubuh 38,6°C dan beberapa
mempunyai suhu tubuh lebih dari 39°C. Gejala nyeri otot dan nyeri sendi
kadang-kadang berhubungan dengan demam. Gejala tersebut rata-rata
berlangsung 16-23 hari. Menetapnya gejala-gejala tersebut lebih dari 14 hari
tampaknya berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Gejala
mukokutan dapat berupa ruam kulit pada lebih dari 60% kasus. Erupsi kulit
dapat berupa erimatus, makulopapular, vesicular, tidak gatal dan biasanya
simetris terdapat pada muka, badan dan kadang-kadang anggota gerak tetapi
jarang muncul erupsi yang menyeluruh.
Manifestasi
gejala getah bening berupa pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya
tidak nyeri, dapat bersifat menyeluruh maupun lokal. Gejala ini
didapatkan pada 50% kasus.
Gejala
gastrointestinal berupa anoreksia, nausea, diare, dan jamur di mulut serta
esophagus. Gejala infeksi primer ini akan berlangsung selama 2-6 minggu
dan akan membaik dengan atau tanpa pengobatan. Setelah itu perjalanan
penyakit menuju stadium tanpa gejala -yang pada orang dewasa lamanya 5-10
tahun. Setelah masa tanpa gejala akan timbul gejala-gejala pendahuluan
seperti demam, pembesaran kelenjar yang kemudian diikuti dengan infeksi
oportunistik. Adanya infeksi oportunistik menunjukkan perjalanan infeksi
telah memasuki stadium AIDS.
2.8. Diagnosis
Pada
dasarnya pendekatan diagnosis infeksi HIV dilakukan dngan cara yang sama dengan
penyakit lain melalui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang. Namun
cara ini hanya dapat dilakukan bila penderita sudah mempunyai gejala atau
simtomatik. Pada keadaan tidak bergejala atau asimtomatik perlu dilakukan
pemeriksaan anti HIV.
Pemeriksaan
anti HIV dilakukan bila terdapat perilaku yang beresiko terutama hubungan
seksual yang tidak aman atau pengguna narkoba melalui suntik. Diagnosis
infeksi HIV harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan dampak
yang besar pada orang yang di diagnosis.1
Adapun
seorang dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan
strategi pemeriksaan yang sesuai, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala
mayor dan 1 gejala minor. Dan gejala ini bukan disebabkan oleh
keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. Gejala
mayor dan gejala minor yang dimaksud adalah seperti tertera pada Tabel 1.6
Tabel 1.
Definisi AIDS pada orang dewasa (> 12 tahun)
|
|
Gejala Mayor
|
Gejala Minor
|
·
Berat badan turun > 10% dalam 1
bulan
·
Diare kronik, berlangsung > 1
bulan
·
Demam berkepanjangan > 1 bulan
·
Penurunanan kesadaran
·
Gangguan Neurologi
·
Dimensia / Ensefalopati HIV
|
·
Batuk menetap > 1 bulan
·
Dermatitis generalisata yang gatal
·
Herpes Zooster berulang
·
Kandidosis orofaring
·
Herpes Simpleks kronis progresif
·
Limfadenopati generalisata
·
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
|
Langkah-langkah diagnosis yang perlu dilakukan diantaranya:6
1. Lakukan anamnesis gejala
infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko
yang memungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk
menari tanda infeksi oportunistik dan kaner terkait. Perhatikan perubahan
kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi.
4. Pemeriksaan Penunjang, cari
jumlah limfosit total, antibody HIV dan foto Rontgen
Hal
yang perlu diperhatikan dalam menentukan tes terhadap antibody HIV ini yaitu
adanya masa jendela atau Window Period. Masa Jendela adalah
waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibody yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan. Antibody mulai terbentuk pada 4-8 minggu
setelah infeksi. Pada masa ini, hasil tes HIV pada seseorang yang
sebenarnya sudah terinfeksi HIV, dapat memberikan hasil yang negatif. Untuk
itu, jika ada kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup tinggi, perlu
dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.3
Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan
apabila terdapat infeksi oportunistik (Tabel 2) atau limfosit CD4+
kurang dari 200 sel/mm3. 2, 3
Tabel 2. Infeksi
Oportunistik yang sesuai dengan Kriteria Diagnosis AIDS (1997) 2, 3
|
|
Infeksi
|
Frekuensi (%)
|
Cytomegalovirus (CMV) selain hati, limpa, atau
kelenjar getah bening
|
7
|
CMV Mata (dengan penurunan fungsi
penglihatan)
|
|
Ensefalopati HIV
|
-
|
Herpes Simpleks, ulkus kronik (>1
bulan), bronkitis, pneumonitis atau esofagitis
|
5
|
Histoplasmosis, diseminata atu
ekstraparu
|
0,9
|
Isosporiasis, dengan diare kronik
(>1 bulan)
|
0,1
|
Kandidiasis bronkus, trakea, atau
paru
|
16
|
Kandidiasis esofagus
|
|
Kanker serviks invasif
|
0,6
|
Koksidiodomikosis, diseminata atu
ekstraparu
|
0,3
|
Kriptokokosis, ekstraparu
|
5
|
Kriptosporidosis, dengan diare kronik
(>1 bulan)
|
1,3
|
Leukoensefalopati multifokal
progresif
|
1
|
Limfoma, Burkitt
|
0,7
|
Limfoma, imunoblastik
|
-
|
Limfoma, primer pada otak
|
-
|
Mikobakterium avium kompleks atau M.
Kansasii, diseminata atau ekstraparu
|
5
|
Mikobakterium tuberkulosis, paru atau
ekstraparu
|
2
|
Mikobakterium, spesies lain atau
spesies yang tidak dapat diidentifikasi, diseminata atau ekstraparu
|
-
|
Pneumonia Pneumoncystis carinii
|
38
|
Pneumonia rekuren
|
5
|
Sarkoma Kaposi
|
7
|
Septikemia Salmonella rekuren
|
0,3
|
Toksoplasmosis otak
|
4
|
Wasting Syndrome
|
18
|
Kriteria
klasifikasi HIV menurut sistem WHO seperti tertera pada tabel 2.7,8
Tabel 3.
Klasifikasi Infeksi Oportunistik HIV berdasarkan WHO
|
|
STAGE
|
Gejala Utama
|
1
|
Sakit yang tidak khas
Limfadenopaty yang asimptomatik
(tidak dapat dikategorikan sebagai AIDS)
|
2
|
Penurunan Berat Badan < 10%
Manifestasi Mukokutaneus
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (berulang)
|
3
|
Penurunan Berat Badan > 10%
Diare Kronik tanpa sebab yang jelas > 1 bulan
Demam > 1 bulan
Kandidiasis Oral
TB Paru
|
4
|
TB Ekstrapulmonal
Toksoplasmosis
Ensefalopati
Kandidiasis bronkus, trakhea, paru
Sarkoma Karposi
|
2.9. Penatalaksanaan HIV
Tujuan
penatalaksanaan infeksi HIV adalah menekan jumlah virus HIV dalam waktu yang
lama dan maksimal, memperbaiki status imunologis, menurunkan mortalitas dan
morbiditas serta memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan HIV dapat dibagi
dalam:
a. Pengobatan suportif
b. Pengobatan infeksi
oportunistik
c. Pengobatan
antiretroviral (ARV)
Tujuan
pengobatan suportif adalah untuk meningkatkan keadaan umum penderita.
Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik serta
vitamin. Disamping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar penderita
dapat melakukan aktifitas seperti semula. Pengobatan suportif ini penting
dan umumnya dapat dilaksanakan dirumah atau layanan kesehatan sederhana.
Pemberian
ARV ditujukan untuk menekan kadar HIV RNA plasma sampai dengan kadar yang tidak
terdeteksi. Pemberian ARV direkomendasikan untuk penderita dengan
sindroma HIV akut akibat infeksi primer HIV dan mereka yang mengalami
serokonversi dalam waktu 6 bulan serta semua penderita infeksi HIV yang
menunjukkan gejala. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, non-nucleotide reverse trancriptase
inhibitor, dan protease inhibitor.
Tabel 4. Obat ARV yang beredar di Indonesia.3,6
|
|||||
Nama
Dagang
|
Nama
Generik
|
Golongan
|
Efek
Samping
|
Sediaan
|
Dosis
(per hari)
|
Duviral
|
|
|
|
Tablet,
kandungan: Zidovudin 300mg, Lamivunid 150mg
|
2 x 1 tablet
|
Stavir
Zerit
|
Stavudin
(d4T)
|
NRTI
|
Neuropati
perifer, pankreatitis, hepatitis, neutropenia
|
Kapsul:
30mg, 40mg
|
> 60kg : 2
x 40mg
< 60kg : 2
x 30mg
|
Hiviral
3TC
|
Lamivudin
(3TC)
|
NRTI
|
Sakit kepala,
nausea, diare, nyeri abdomen, insomnia
|
Tablet 150mg,
Lar.Oral 10mg/mL
|
> 50kg : 2
x 150mg
< 50kg : 2
x 2mg/kgBB/hari
|
Viramune
Neviral
|
Nevirapin
(NVP)
|
NNRTI
|
|
Tablet 200mg
|
1 x 200mg
selama 14hari, dilanjutkan 2 x 200mg
|
Retrovir
Adovi
Avirzid
|
Zivovudin
(ZDV, AZT)
|
NRTI
|
Nyeri kepala,
lemah, insomnia, anemia, netropenia, hepatitis, kardiomiopati, perubahan
warna kuku
|
Kapsul 100mg
|
2 x 300mg atau
2 x 250mg
(dosis alternatif)
|
Videx
|
Didanosin
(ddI)
|
NRTI
|
Neuropati
perifer, pankreatitis, hepatitis, hiperurisemia, kemerahan
|
Tablet Kunyah
100mg
|
> 60kg : 2
x 200mg
< 60kg : 2
x 125mg
|
Stocrin
|
Evavirenz
(EFV)
|
NRTI
|
|
Kapsul 200mg
|
1 x 600mg
(malam)
|
Nelvex
Viracept
|
Nelfinavir
(NFV)
|
PI
|
|
Tablet 250mg
|
2 x 1250mg
|
Norvir
|
Ritonavir
|
PI
|
Intoleransi
sal.cerna, peningkatan kolesterol & trigliserid
|
Tablet
|
2 x 600mg
|
Mekanisme kerja golongan NRTI adalah dengan menghambat reverse
transcriptase HIV sehingga pertumbuhan rantai DNA dan replikasi
terhenti. Pada golongan NNRTI, mnghambat transkripsi RNA HIV menjadi DNA,
suatu langkah penting dalam proses replilkasi virus. Sedangkan PI
mempunyai mekanisme kerja menghambat protease HIV, yang mencegah pematangan virus
HIV infeksiosa.5
Ringkasan
prinsip terapi pada infeksi HIV yang dikembangkan oleh Panel NIH, CDC 1998: 5
1. Replikasi HIV yang
berlangsung terus-menerus menyebabkan sistem imun rusak, dan berkembang menjadi
AIDS. Infeksi HIV selalu merugikan, dan kesintasan jangka panjang sejati
yang bebas dari disfungsi sistem imun sangat jarang terjadi.
2. Kadar RNA HIV dalam plasma
menunjukkan besarnya replikasi HIV, dan berkaitan dengan laju destruksi
Limfosit-T CD4+ menunjukkan keparahan kerusakan sistem imun akibat
HIV yang sudah terjadi. Pada seorang yang terinfeksi HIV, perlu dilakukan
pengukuran periodik berkala untuk kadar RNA HIV plasma dan hitung sel CD4+
untuk menentukkan risiko perkembangan penyakit serta mengetahui saat yang tepat
untuk memulai / memodifikasi regimen terapi ARV.
3. Karena laju perkembangan
penyakit berbeda diantara orang-orang yang terinfeksi HIV, maka keputusan
tentang pengobatan harus disesuaikan orang-per-orang berdasarkan tingkat risiko
yang ditunjukkan oleh kadar RNA HIV plasma dan kitung sel T CD4+.
4. Pemakaian terapi ARV
kombinasi yang poten untuk menekan replikasi HIV dibawah kadar yang dapat
dideteksi oleh pemeriksaan-pemeriksaan RNA HIV plasma yang sensitif akan
membatasi kemungkinan munculnya varian-varian HIV resisten-ARV, yaitu faktor
utama yang membatasi kemampuan obat ARV menghambat replikasi virus dan
perkembangan penyakit. Karena itu, tujuan terapi seyogyanya adalah
penekanan replikasi HIV semaksimal yang dapat dicapai.
5. Cara yang paling efektif
untuk menekan replikasi HIV dalam jangka lama adalah pemberian secara simultan
kombinasi obat-obat anti-HIV yang efektif, yang belum pernah diterima oleh
pasien, dan tidak memperlihatkan resisten-silang dengan obat ARV yang pernah
diterima pasien sebelumnya.
6. Setiap obat ARV yang
digunakan dalam regiman terapi kombinasi harus selalu dipakai sesuai jadwal dan
dosis yang optimal.
7. Jumlah dan mekanisme kerja
obat-obat ARV efektif yang tersedia masih terbatas, karena telah terbukti
adanya resistensi-silang diantara obat-obat spesifik. Karena itu setiap
perubahan dalam terapi ARV meningkatkan pembatasan-pembatasan terapetik dimasa
mendatang.
8. Perempuan harus mendapat
terapi ARV yang optimal, tanpa memandang status kehamilan
9. Prinsip terapi ARV yang
sama juga berlaku pada anak, remaja dan dewasa yang terinfeksi oleh HIV,
walaupun terapi pada anak terinfeksi HIV memerlukan pertimbangan farmakologik,
virologik, dan imunologik tersendiri.
10. Individu yang terdeteksi pada infeksi HIV orimer
akut harus diterapi dengan terapi ARV kombinasi untuk menekan replikasi virus
sampai ke kadar batas deteksi pemeriksaan-pemeriksaan RNA HIV plasma yang
sensitif.
11. Individu yang terinfeksi HIV, walaupun dengan
kadar virus dibawah batas yang dapat dideteksi, harus tetap dianggap
menular. Dengan demikian, para pasien ini harus diberi pertanyaan untuk
menghindari perilaku seksual dan penyalah-gunaan obat yang berkaitan dengan
penularan atau akuisisi HIV patogen menular lainnya.
2.10.
Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Ada
beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, dan
amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu : 3
a) Pendidikan kesehatan
reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.
Diperlukan
strategi penerapan di sekolah, akademi / Universitas dan yang diluar sekolah.
b) Program penyuluhan sebaya (peer
group education) untuk berbagai kelompok sasaran.
LSM
berpengalaman dan program magang, akan berguna untuk daerah-daerah yang belum
mengerjakan atau ingin memperluas cakupan kelompok sasarannya.
c) Program kerjasama dengan
media cetak dan elektronik.
Program
ini sudah terbina dengan baik, sehingga tinggal melanjutkan agar ada
kesinambungan. Setiap momentum yang terkait dengan HIV/AIDS perlu
dimanfaatkan untuk mendorong partisipasi media untuk mendukung
kegiatan-kegiatan tersebut.
d) Paket pencegahan
komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik
steril.
e) Program pendidikan agama.
Program
ini tidak lepas dari pendidikan agama di sekolah dan di rumah. Namun,
beberapa hal mungkin dapat diperbaiki. Di antaranya, strategi
belajar-mengajar yang berpijak pada kehidupan sehari-hari, termasuk penggunaan
bahasa dan idiom-idiom yang disesuaikan dengan peserta. Sebagai contoh,
istilah khamr / alkohol kurang dikenal dalam bahasa sehari-hari remaja.
Demikian pula heroin, kokain, dan LSD tidak begitu dikenal. Mereka lebih
mengenal dengan nama putauw, ekstasi, dan cimeng.
f) Program layanan pengobatan
infeksi menular seksual (IMS).
g) Program promosi kondom
dilokalisasi pelacuaran dan panti pijat.
h) Pelatihan keterampilan
hidup.
Sangat
diperlukan oleh remaja agar mengenal potensi diri, tahu memanfaatkan sistem
informasi, mengenal kesempatan dan cara-cara mengembangkan diri. Bila
kehidupan ekonomi & pendidikan membaik, niscaya penularan HIV/AIDS dapat
ditekan.
i) Program
pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling.
Pengadaan
tempat-tempat tes HIV dan konseling yang mudah dicapai dan suasana akrab dengan
klien akan membuat orang-orang yang merasa mempunyai risiko tinggi beringan
kaki mendatangi tempat-tempat tes dan konseling HIV tersebut. Dengan
konseling, diharapkan ODHA menerapkan seks aman dan tidak menularkan HIV ke
orang lain.
j) Dukungan untuk
anak jalanan dan pengetasan prostitusi anak.
Untuk
melaksanakan kegiatan ini diperlukan kepedulian dan partisipasi aktif berbagai
lapisan masyarkaat seperti LSM, ahli hukum, ahli ilmu sosial, media massa,
kepolisian, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, dll.
k) Integrasi program
pencegahan dengan program pengobatan, perawatan, dan dukungan untuk ODHA.
Merupakan
syarat mutlak untuk keberhasilan program penganggulangan HIV/AIDS. Bila
kita melaksanakan program pencegahan saja, hasilnya tidak akan sebaik bila
dilakukan bersama program pengobatan, layanan dan dukungan untuk ODHA.
Masyarakat yang mendapat penyuluhan saja, kemudian merasa ia melihat tidak ada
yang mau merawat ODHA, atau bila ia mengetahui ada ODHA yang dipecat dari
pekerjaannya, dan dikucilkan dari keluarga dan masyarakat.
l) Program
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.
Sudah
cukup banyak program kegiatan penanggulangan HIV/AIDS yang terbukti efektif dan
mampu laksana, sudah diterapkan untuk menekan kecepatan peningkatan prevalensi
HIV/AIDS di Indonesia. Namun, perbaikan masih harus dilakukan.
Bukan hanya menyangkut kualitas program, namun juga perluasan cakupan
penerima program.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Sindrom
Imunodefisiensi Didapat (AIDS) menarik perhatian komunitas
kesehatan pertama kali pada ditemukan, tahun 1981. Bukti epidemiologik
mengisyaratkan terdapatnya suatu agen infektiosa, dan pada tahun 1983 virus
imunodefisiensi manusia tipe-1 (HIV-1) diidentifikasi sebagai penyebab
penyakit (Barre-Sinoussi et al.,1983; Gallo, 1984). AIDS adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh
HIV. Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung
lama. Saat ini AIDS dijumpai pada hamper semua Negara, dan merupakan
sebuah pandemik di dunia.4
Sampai
Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang,
sejak pertama ditemukan, tanggal 5 Juni 1981. Data terakhir pada Desember
2004, jumlah ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.7
Virus
penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada
waktu itu diberi nama LAV (lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo
menemukan virus penyebab AIDS pada tahun 1984 yang saat itu dinamakan HTLV-III.
Sedangkan tes untuk memeriksa antibody terhadap HIV dengan cara ELISA
baru tersedia pada tahun 1985.
Istilah
pasien AIDS tidak dianjurkan dan istilah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) lebih
dianjurkan agar pasien AIDS diperlakukan lebih manusiawi, sebagai subjek dan
tidak dianggap sebagai sekedar objek, sebagai pasien.
Kasus
pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan
tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara Belanda di Bali. Kasus kedua
infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1988 di RS Cipto Mangunkusumo, pada
pasien hemofilia dan termasuk jenis non-progessor, artinya kondisi
kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17 tahun tanpa pengobatan, dan
sudah dikonfirmasi dengan Western Blot, serta masih berobat jalan di RSUPN
Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002.1
Infeksi
HIV disebabkan oleh Human Imuno-deficiency Virus dahulu disebut Human
T-cell Lymphotrophic Virus type-III (HTLV-III) atau Lypmphadenopathy
Virus (LAV). HIV termasuk golongan retrovirus manusia sitopatik, dari
famili lentivirus, yang memiliki materi genetik berupa sepasang asam
ribonukleat rantai tunggal yang identik dengan suatu enzim yang disebut reverse
transcriptase.1,4 HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di dunia.
HIV
dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi
vagina / serviks, urin, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling
efisien melalui darah dan semen. Tiga cara utama penularan adalah kontak
darah dan kontak seksual dan kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan,
akan terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
Limfosit
CD4+ merupakan target utama infeksi HIV, karena virus mempunyai
afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+
berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.
Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.3
Dalam
tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali
seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.3
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam 3 fase, yang meliputi fase akut, fase
laten dan fase klinis (fase bergejala).1
Sindroma
HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV. Gejalanya meliputi
demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk,
nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan
pada kulit (makula / ruam).8
Pada
dasarnya pendekatan diagnosis infeksi HIV dilakukan dngan cara yang sama dengan
penyakit lain melalui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang. Namun
cara ini hanya dapat dilakukan bila penderita sudah mempunyai gejala atau
simtomatik. Pada keadaan tidak bergejala atau asimtomatik perlu dilakukan
pemeriksaan anti HIV.
Pemeriksaan
anti HIV dilakukan bila terdapat perilaku yang beresiko terutama hubungan
seksual yang tidak aman atau pengguna narkoba melalui suntik. Diagnosis
infeksi HIV harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan dampak
yang besar pada orang yang di diagnosis.1 Adapun seorang
dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi
pemeriksaan yang sesuai, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1
gejala minor.5
Tujuan
penatalaksanaan infeksi HIV adalah menekan jumlah virus HIV dalam waktu yang
lama dan maksimal, memperbaiki status imunologis, menurunkan mortalitas dan
morbiditas serta memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan HIV dapat dibagi
dalam:
a. Pengobatan suportif
b. Pengobatan infeksi
oportunistik
c. Pengobatan
antiretroviral (ARV)
Ada
beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, dan
amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu : (a)
Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda; (b) Program
penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok
sasaran; (c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik; (d) Paket
pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan
jarum suntik steril: (e) Program pendidikan agama; (f) Program layanan
pengobatan infeksi menular seksual (IMS); (g) Program promosi kondom
dilokalisasi pelacuaran dan panti pijat; (h) Pelatihan keterampilan hidup; (i)
Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling; (j) Dukungan untuk
anak jalanan dan pengetasan prostitusi anak; (k) Integrasi program pencegahan
dengan program pengobatan, perawatan, dan dukungan untuk ODHA; (l) Program
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.3
3.2. Saran
Perlunya
kesadaran individual masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang
HIV/AIDS. Lebih diperbanyak frekuensi pelaksanaan upaya pencegahan dan
penanggulangan yang berkaitan dengan HIV/AIDS di Indonesia, baik olah LSM
ataupun perorangan (misalnya berupa tugas akhir, pribadi / kelompok dalam suatu
tingkat studi pendidikan).
Sudah
saatnya bagi Pemerintah untuk mendukung penuh serta mengadakan kegiatan
rutinitas pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia. Pelaksanaan dapat dilakukan misalnya dengan cara bergiliran
pada tiap kabupaten yang ada di Indonesia, agar seluruh lapisan masyarakat
menerima pesan yang dimaksud dalam setiap kegiatannya.
INFORMASI SEPUTAR PERTANYAAN TENTANG
HIV/AIDS
Apa itu HIV ?
HIV adalah nama Virus, yaitu Virus menyerang system kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang sel darah putih ( jenis sel T, khususnya sel T – 4 yang disebut juga CD 4. sel T menjadi lemah karena dirusak HIV jumlahnya akan berkurang dan menyebabkan pertahanan tubuh menjadi lemah, karena sel T adalah sel yang menjaga kekebalan tubuh manusia. Akhirnya tubuh sangat mudah terserang penyakit.
Apa yang dimagsud dengan HIV positif ?
Orang yang terinfeksi HIV, yang berati sudah mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV + ( dibaca HIV positif ) atau menghidap HIV.
Penghidap HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukan gejala yang bisa dilihat, sehingga secara fisik ia kelihatan sehat. Namun sudah dapat menularkan Virus kepada orang lain. setelah 5 hingga 10 tahun, karena jumlah sel T sudah sangat berkurang, kekebalan tubuh menjadi merosot sehingga tubuh mudah sakit karena diserang oleh kuman-kuman penyakit yang sebenarnya relatif tidak ganas. Saat ini penghidap HIV mulai menunjukan gejala-gejala penyakit yang muncul, karana rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut disebut sebagai penderita HIV.
Bagaimana HIV bisa masuk ketubuh ?
Untuk bisa berada dalam tubuh seseorang HIV harus masuk langsung ke aliran darah. Sedangkan diluar tubuh manusia, HIV sangat cepat mati. HIV juga mudah mati oleh air panas, sabun dan bahan pencuci hama lainnya. Di dalam tubuh manusia HIV terdapat pada cairan-cairan tubuh yaitu :
• Darah
• Cairan sperma
• Cairan vagina
• Dan Air susu Ibu yang terinfeksi HIV.
Bagaiman Penularannya ?
Penularan terjadi bila ada percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, dengan jalan yaitu :
• Hubungan seks lewat vagina, dubur, atau mulut denga penghidap HIV tanpa menggunakan kondum.
• Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti ( akupuntur, tindik, tato ) yang tidak steril dan tercampur HIV. Pemakian jarum suntik yang tidak steril bersama-sama oleh para pecandu narkoba sangat berisiko menularkan HIV bila diantaranya ada seorang pengidap HIV.
• Melalui transfusi darah dan transpantasi organ tubuh yang tercemar HIV,tetapi tidak perlu khawatir, saat ini transfusi dan transplantasi organ sudah mulai tahap penyaringan yang ketat, sehingga bila diketahui tercemar HIV tidak akan digunakan.
• Ibu hamil yang tertular HIV. kepada bayinya terutama dalam proses melahirkan atau lewat air susunya.
Jadi sebenarnya HIV tidak mudah menular ya ?
• HIV tidak menular melalui air mata, ludah, dan kencing. Karena HIV hanya ada pada cairan tubuh manusia yaitu darah, cairan vagina, cairan sperma dan air susu ibu.
• Gigitan serangga, serangga seperti nyamuk.
• Mandi dalam kolam renang bersama atau menggunakan WC.
• Tinggal serumah, menggunakan alat-alat makan, minum, pakian yang telah dipakai 0leh penghidap HIV atau pasien AIDS.
• Pergaulan sehari-hari seperti ciuman,bersalaman,mencuci alat-alat dan pakian, dan kegiatan sehari lainnya.
Siapa yang berisiko tertular HIV.
• Mereka yang paling berisiko tertular HIV adalah :
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan sesual, dan juga pasangannya.
• Perempaun dan pria pekerja seks, serta pelanggan mereka,
• pemakai narkoba suntikan, yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan.
Bagaimana pencegan Penularan HIV ?
A. ABSEN SEKS
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
B. BEFAITHFULL
Saling setia dengan pasangan.
Anda/tidak berganti pasangan.
C CONDUM
Selalu menggunakan kondum jika melakukan hubungan seks yang berisiko,baik lewat vagina, dubur atau pun mulut.
D DON“T INJECT
Tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum bekas, apalagi pakai narkoba suntik.
E EDUCATION.
Selalu dengarkan informasi HIV dan AIDS ya..........!!!!!!!!
Sampai jumpa ¡ tunggu Info selanjutnya ya, da....................................
Mari cegah, HIV/AIDS dan Narkoba.........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dari diri kita sendiri, mari............................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
HIV adalah nama Virus, yaitu Virus menyerang system kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang sel darah putih ( jenis sel T, khususnya sel T – 4 yang disebut juga CD 4. sel T menjadi lemah karena dirusak HIV jumlahnya akan berkurang dan menyebabkan pertahanan tubuh menjadi lemah, karena sel T adalah sel yang menjaga kekebalan tubuh manusia. Akhirnya tubuh sangat mudah terserang penyakit.
Apa yang dimagsud dengan HIV positif ?
Orang yang terinfeksi HIV, yang berati sudah mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV + ( dibaca HIV positif ) atau menghidap HIV.
Penghidap HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukan gejala yang bisa dilihat, sehingga secara fisik ia kelihatan sehat. Namun sudah dapat menularkan Virus kepada orang lain. setelah 5 hingga 10 tahun, karena jumlah sel T sudah sangat berkurang, kekebalan tubuh menjadi merosot sehingga tubuh mudah sakit karena diserang oleh kuman-kuman penyakit yang sebenarnya relatif tidak ganas. Saat ini penghidap HIV mulai menunjukan gejala-gejala penyakit yang muncul, karana rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut disebut sebagai penderita HIV.
Bagaimana HIV bisa masuk ketubuh ?
Untuk bisa berada dalam tubuh seseorang HIV harus masuk langsung ke aliran darah. Sedangkan diluar tubuh manusia, HIV sangat cepat mati. HIV juga mudah mati oleh air panas, sabun dan bahan pencuci hama lainnya. Di dalam tubuh manusia HIV terdapat pada cairan-cairan tubuh yaitu :
• Darah
• Cairan sperma
• Cairan vagina
• Dan Air susu Ibu yang terinfeksi HIV.
Bagaiman Penularannya ?
Penularan terjadi bila ada percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, dengan jalan yaitu :
• Hubungan seks lewat vagina, dubur, atau mulut denga penghidap HIV tanpa menggunakan kondum.
• Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti ( akupuntur, tindik, tato ) yang tidak steril dan tercampur HIV. Pemakian jarum suntik yang tidak steril bersama-sama oleh para pecandu narkoba sangat berisiko menularkan HIV bila diantaranya ada seorang pengidap HIV.
• Melalui transfusi darah dan transpantasi organ tubuh yang tercemar HIV,tetapi tidak perlu khawatir, saat ini transfusi dan transplantasi organ sudah mulai tahap penyaringan yang ketat, sehingga bila diketahui tercemar HIV tidak akan digunakan.
• Ibu hamil yang tertular HIV. kepada bayinya terutama dalam proses melahirkan atau lewat air susunya.
Jadi sebenarnya HIV tidak mudah menular ya ?
• HIV tidak menular melalui air mata, ludah, dan kencing. Karena HIV hanya ada pada cairan tubuh manusia yaitu darah, cairan vagina, cairan sperma dan air susu ibu.
• Gigitan serangga, serangga seperti nyamuk.
• Mandi dalam kolam renang bersama atau menggunakan WC.
• Tinggal serumah, menggunakan alat-alat makan, minum, pakian yang telah dipakai 0leh penghidap HIV atau pasien AIDS.
• Pergaulan sehari-hari seperti ciuman,bersalaman,mencuci alat-alat dan pakian, dan kegiatan sehari lainnya.
Siapa yang berisiko tertular HIV.
• Mereka yang paling berisiko tertular HIV adalah :
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan sesual, dan juga pasangannya.
• Perempaun dan pria pekerja seks, serta pelanggan mereka,
• pemakai narkoba suntikan, yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan.
Bagaimana pencegan Penularan HIV ?
A. ABSEN SEKS
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
B. BEFAITHFULL
Saling setia dengan pasangan.
Anda/tidak berganti pasangan.
C CONDUM
Selalu menggunakan kondum jika melakukan hubungan seks yang berisiko,baik lewat vagina, dubur atau pun mulut.
D DON“T INJECT
Tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum bekas, apalagi pakai narkoba suntik.
E EDUCATION.
Selalu dengarkan informasi HIV dan AIDS ya..........!!!!!!!!
Sampai jumpa ¡ tunggu Info selanjutnya ya, da....................................
Mari cegah, HIV/AIDS dan Narkoba.........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dari diri kita sendiri, mari............................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
ertanyaan
mengenai hiv
|
Diajukan:
8 Mei 2009
morning
beh, ada yg mau sy tanyakan :
1.
Bila ada gejala hiv, seperti pembengkakan limfa, demam, etc pada hari sabtu.
Bila hr selasa kita melakukan tes hiv, apakah antibodi hiv sdh terbentuk? Ato
hrs menunggu 3bln kemudian untuk melakukan test?
2.
Disebutkan timbul ruam adalah salah satu gejala hiv. Maaf beh kalo sy kurang
mengerti, ruam disini itu maksud ny seperti apa yah. bercak hitam, atau
seperti berwarna merah seperti campak or cacar?
3.
Mungkin ini pertanyaan lucu buat babeh, apakah virus hiv bs mati dgn alkohol?
Maksud sy kalau kita melakukan deep kissing atau ciuman dgn berpagutan lidah.
Namun pd saat itu kita minum alkohol, apakah memiliki resiko tertular?
Terima
ksh atas perhatian dan jawaban ny beh. God bless..
|
|
|
|
Oleh:
Babé (9 Mei 2009)
1.
Gejala awal infeksi HIV disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh saat
antibodi mulai terbentuk. Jadi saya rasa kemungkinan hasil tes HIV akan
menjadi reaktif waktu gejala ini dialami. Namun bila hasilnya non-reaktif,
tetap melakukan tes ulang tiga bulan setelah peristiwa perilaku berisiko.
2.
Ruam adalah masalah kulit, mulai gatal-gatal sampai kemerahan.
3.
Ciuman, walau sangat dalam, tidak dianggap perilaku berisiko HIV, asal
kesehatan mulut kedua pihak tidak sangat amat buruk (sampai pasti tidak mau
cium!). Ada banyak senyawa yang mematikan HIV, termasuk sabun. Saya tidak
mengusulkan diminum sabun cair sebelum cium (tetap mungkin dibutuhkan bila
kesehatan mulut sangat buruk).
|
1. Apakah yang disebut dengan AIDS?
AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus yang
disebut HIV. AIDS sebetulnya sudah tercermin dari nama lengkapnya: ACQUIRED
IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME, atau bisa diartikan sindrom cacat kekebalan tubuh.
AIDS adalah suatu sindrom yang fatal karena terjadi kerusakan progresif pada
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan manusia amat rentan dan mudah
terjangkit beberapa penyakit tertentu. Utamanya yang disebabkan oleh berbagai
jenis protozoa, cacing, jamur, bakteri, virus dan kanker. Sehingga,
penyakit-penyakit yang menyerang penderitanya amat bervariasi. Dan karena
alasan itu pulalah, maka AIDS kurang tepat jika disebut penyakit melainkan
sindrom.
2. Apa Itu HIV?
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang dalam stadium
lanjutnya kemudian menjelma menjadi AIDS. Hingga saat ini, mekanisme kerja HIV
di dalam tubuh manusia masih terus diteliti. Namun, secara umum, telah
diketahui bahwa HIV menyerang sel-sel darah putih, sistem kekebalan tubuh yang
bertugas menangkal infeksi sel darah putih itu bernama limfosit, juga disebut
sel T-4, sel penolong, atau CD-4.
HIV tergolong dalam kelompok
retrovirus, yaitu kelompok virus yang mempunyai kemampuan untuk menggandakan
cetak biru materi genetik diri di dalam materi genetik sel-sel manusia yang
ditumpangi. Dengan proses ini, HIV dapat mematikan sel-sel penolong T-4.
Masa inkubasi atau laten infeksi HIV
bisa bertahun-tahun, menurut penelitian yang saat ini masih dipercayai,
berkisar 5-7 tahun. Yang perlu diketahui dan patut dimengerti, selama masa ini,
orang yang terinfeksi HIV tidak akan memperlihatkan gejala-gejala. Namun lambat
laun, karena semakin menurun jumlah T-4-nya, semakin rusak pulalah fungsi
kekebalan tubuhnya. Di saat seperti ini, penyakit-penyakit akan mudah masuk.
Penyakit yang semula tidak serius menyerang tubuh (di saat sistem kekebalan
tubuh belum rusak), akan berkembang menjadi parah, seiring dengan menurunnya
kekebalan tubuh. Pada saat kekebalan tubuh sudah memasuki keadaan yang parah,
seorang pengidap HIV akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
3. Bagaimana virus HIV bisa
menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?
Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan
kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan
dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan
merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam
jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan
jumlah virus menjadi sangat banyak.
HIV berada terutama dalam cairan tubuh
manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan
sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi
untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan
lain-lain
5. Siapa bisa tertular HIV ?
a. Siapapun bisa tertular HIV, jika perlikakunya
berisiko.
b. Penampilan luar bukan jaminan bebas HIV
c. Orang yang HIV positif sering terlihat sehat dan
merasa sehat.
d. Jika belum melakukan tes HIV, orang yang HIV positif
tidak tahu bahwa dirinya sudah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada
orang lain.
e. Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan
kepastian tertular HIV atau tidak.
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat
penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang
dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV)
nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa
sampai nol)
7. Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya
?
Sel yang mempunyai marker CD4 di
permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita
banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan
ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih
bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang,
mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke
tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala
Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):
Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster
berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV
sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
1. Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody
terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan
merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2
minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama
5-10 tahun:
- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak
sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang,
karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
-Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung
daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya:
pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan,
tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin
parah
10. Komplikasi apasajakah yang dapat
ditimbulkan?
Terdapat sejumlah penyakit yang umumnya
berkembang dalam tubuh manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat
ataupun rudak oleh HIV, diantaranya adalah : PCP (pneumonia), TBC, kaposi`s
sarcoma (kanker kulit), non-Hodgkins`s lymphoma, herpes simplex, dll.
11. Tes apa sajakah yang dapat
digunakan untuk mendeteksi HIV?
Bila ada kemungkinan anda terinfeksi
HIV, lakukan tes dengan segera. Hasil yang positif berarti tes berhasil
mendeteksi antibodi HIV dalam tubuh anda (dapat diasumsikan antibodi HIV =
HIV). Bahkan meski hasil tes anda negatif bukan berarti anda bebas HIV karena
virus ini mungkin saja telah masuk ke dalam pembuluh darah anda selama tiga
bulan sebelum antibodi-antibodi itu muncul (bahkan ditemui kasus periode ini
berlangsung hingga enam bulan), oleh karenanya untuk mendapatkan hasil tes yang
akurat sebaiknya anda menunggu maksimal sampai enam bulan terhitung sejak saat
pertama kali anda merasa kemungkinan terinfeksi, untuk melakukan tes HIV.
Selama rentang waktu tersebut hindari hubungan seks tanpa pelindung untuk
mencegah transmisi virus ini ke dalam tubuh orang lain.
Tes HIV tersedia pada pusat-pusat
Keluarga Berencana, klinik kesehatan, program rehabilitasi ketergantungan obat,
prakter dokter dan rumah sakit. Ketika membuat janji dengan dokter (untuk
pemeriksaan laboratorium), tanyakan tentang kebijakan kerahasiaan dan
anonimitas. Jika berhubungan dengan HIV, sebagian besar petugas kesehatan akan
menghargai hak dan privasi anda tanpa membedakan usia (akan lebih baik bila
anda mengkonfirmasikan hal ini sebelumnya).
Terdapat dua jenis tes yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi HIV dalam darah manusia, yaitu :
a. Tes melalui sampling darah
Tes ini adalah tes yang paling mudah didapatkan. Petugas
kesehatan mengambil sejumlah kecil darah dari lengan anda dengan menggunakan
jarum, kemudian mengirimkan sampel darah anda ke laboratorium untuk diperiksa
apakah terdapat antibodi untuk melawan virus atau tidak. Hasilnya dapat dilihat
setelah 1-2 minggu, untuk memastikan apakah anda HIV positif atau negatif.
b. Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)
Tes yang dilakukan untuk memeriksa apakah ada antibodi
HIV di dalam ludah anda. Pada pelaksanaan tes ini, anda perlu membuka mulut
lebar-lebar dan membiarkan petugas kesehatan menyeka lidah dan rongga dalam
pipi anda dengan kapas. Hasilnya baru bisa terlihat setelah 1-2 minggu.
Bila hasil tes anda dinyatakan HIV positif, yang berarti
terdapat virus dalam darah anda, akan sangat sulit diterima. Dan akan sangat
membantu bila anda mendapatkan dukungan keluarga dan teman-teman anda. Tetapi
mungkin saja bahkan orang-orang yang paling menyayangipun tidak bisa memberikan
solusi terbaik untuk menghadapi situasi sulit yang sedang anda hadapi.
Disinilah peran konselor sangat diprioritaskan, untuk menjelaskan apa yang bisa
dan seharusnya anda lakukan untuk mencegah virus ini menyebar dan menjelaskan
pilihan-pilihan caring and curing serta memberikan informasi tentang pilihan
gaya hidup yang akan menjaga kondisi anda tetap sehat selama mungkin.
12. Bagaimanakah cara penularan HIV?
Seseorang yang mengidap HIV tidak
menunjukkan sesuatu gejala klinis yang disebut tanpa gejala, atau istilah
lainnya: asimtomatik, atau merasa dan tampak sehat selama bertahun-tahun
sebelum AIDS mulai muncul. Kondisi ini yang patut diwaspadai. Dengan kata lain,
di sinilah letak bahaya terselubung bagi penyebaran dan penularan HIV, karena
seseorang tidak bisa membedakan jika orang lain telah terinfeksi HIV atau
tidak.
Apakah seseorang yang mengidap HIV bisa
menularkan virus tersebut kepada orang lain? Satu pertanyaan yang patut
mendapatkan perhatian, karena jawabannya mudah: seseorang yang tertular HIV,
meskipun belum mengalami dan memperlihatkan gejala, orang itu telah dapat
menularkan HIV kepada orang lain dengan jalur tertentu. Perlu dipahami, HIV
ditemukan dalam darah dan cairan sperma atau cairan vagina dari seorang
pengidap HIV dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain. Perlu juga
diketahui, penularan itu tidak terlalu mudah, hanya bila HIV di dalam darah
atau cairan tubuh itu memasuki aliran darah orang lain.
Cairan tubuh yang bisa menularkan HIV,
sekali lagi, di antaranya adalah darah, cairan sperma dan vagina. Sementara,
cairan tubuh yang tidak dapat menularkan HIV, adalah keringat, air mata, air
ludah, dan air seni. Perkembangan terbaru, virus ini juga bisa menular lewat
gonta-ganti jarum suntik yang tidak steril dan terinfeksi atau tercemar dengan
HIV.
HIV dapat menular kepada siapa pun
melalui cara tertentu, tanpa peduli apa kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama,
tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun orientasi seksualnya. HIV bisa menular
lewat hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa pengaman (misalnya
kondom), melalui darah yang sudah terinfeksi HIV, lewat transfusi darah atau
alat-alat yang telah tercemar HIV, melalui ibu yang mengidap HIV kepada janin
dikandungnya selama kehamilan.
Sehingga, dapat diambil kesimpulan,
yang bisa mempermudah penularan HIV, di antaranya, berhubungan seks yang tidak
aman, gonta-ganti pasangan seks, gonta-ganti jarum suntik dan memperoleh
transfusi darah yang tercemar HIV.
Penularan terjadi, jika HIV masuk
langsung ke aliran darah, (perlu diketahui HIV sangat rapuh dan cepat mati di
luar tubuh manusia, virus ini juga sensitif sekali terhadap panas dan tidak
kuat hidup pada suhu di atas 60 derajat celsius). Untuk tertular, harus ada
konsentrasi HIV cukup tinggi. Di bawah konsentrasi tertentu, tubuh manusia
dapat mengeluarkan HIV yang masuk, sehingga infeksi tidak terjadi.
13. Apakah air ludah dapat menularkan
HIV/AIDS?
Cairan air ludah tidak cukup menularkan
HIV/AIDS . HIV bisa menular lewat tiga jalur:
1. Melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV
tanpa pengaman (kondom).
2. Melalui darah yang sudah terinfeksi HIV, lewat
tranfusi darah atau alat-alat yang sudah terkontaminasi HIV.
3. Melalui ibu yang mengidap HIV kepada janin di
kandungannya selama kehamilan.
Disamping itu beberapa kondisi diperlukan untuk terjadi
penularan HIV, yaitu HIV harus masuk langsung kealiran darah, perlu diingat
bahwa HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia, virus ini juga
sensitif sekali terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu di atas 60
derajat Celsius. Untuk tertular seharusnya ada konsentrasi HIV cukup tinggi,
dibawah konsentrasi tertentu tubuh manusia dapat mengeluarkan HIV yang masuk
sehingga infeksi tidak akan terjadi. Walaupun HIV dapat ditemukan pada cairan
tubuh seperti keringat, ludah, air mata, tetapi konsentrasi HIV pada
cairan-cairan tersebut tidak cukup tinggi untuk dapat menularkan HIV. Cairan
yang dapat menularkan HIV hanyalah darah, cairan sperma, cairan vagina.
Penularan akan terjadi jika ada salah satu dari ketiga cairan yang telah
tercemar atau terkontaminasi oleh HIV masuk kedalam aliran darah seseorang.
Gigitan nyamuk atau serangga lain, keringatan, sentuhan, pelukan, berenang
bersama, terpapar batuk atau bersin, berbagi makanan atau menggunakan alat
makan bersama, memakai toilet bergantian juga tidak akan menyebabkan
tertularnya HIV/AIDS.
14. Bagaimana mengetahui status HIV?
a. Status HIV hanya dapat diketahui melalui Konseling (
pembicaraan dua arah antara petugas konseling terlatih dengan klien dalam
suasana bersahabat ) danTesting HIVSukarela.
b. Testing HIV merupakan pengambilan darah dan
pemeriksaan laboratorium disertai konseling pre dan pasca testing HIV.
c. Konseling dan Testing HIV Sukarela dilakukan dengan
prinsip tanpa paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin
kualitasnya.
d. Manfaat Konseling dan Testing HIV Sukarela ialah
mendapat informasi, pelayanan dan perawatam sesuai kebutuhan masing-masing
sedini mungkin. Juga dukungan untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan
aman dari penularan HIV.
15. Bagaimana cara pencegahan penularan
HIV?
Cara pencegahan penularan HIV yang
terbaik, tidak melakukan perilaku perilaku yang beresiko tinggi, yaitu menjaga
agar jangan sampai cairan tubuh yang telah tercemar HIV masuk ke dalam tubuh,
di antaranya mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual yang dilakukan
secara serampangan, atau dapat diartikan pula, dengan cara tidak berganti-ganti
pasangan.
Kemudian, mencegah penularan HIV
melalui alat-alat yang tercemar darah HIV, juga perlu dilakukan. Cara yang
dapat ditempuh melalui dengan hanya menggunakan peralatan streril pada
penggunaan alat yang menembus kulit dan darah (seperti jarum suntik, jarum
tato, pisau cukur dan lain-lain). Sterilisasi alat-alat ini dengan mencuci
alat-alat tersebut dengan pencucian yang benar. Jangan memakai jarum suntik atau
alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain!
Dan, terakhir, mencegah penularan HIV
lewat darah secara langsung, dengan cara screening darah yang akan
ditransfusikan, yang tentu dilakukan pihak-pihak berwenang misalnya PMI.
Karena itulah, pola hidup yang sehat
amat penting di dalam menjaga kesehatan. Terlebih, hingga kini, anti-virus
untuk menangkal penyakit AIDS dan HIV belumlah ditemukan. Dan, jangan pula di
dalam kehidupan sosial kita, mengucilkan para pengidap HIV-AIDS. Sebab, secara
medis, selama kita dapat menjaga pola hidup kita yang sehat, kita tidak akan
mudah tertular, meski berinteraksi dan bersosialisasi dengan ODHA.
16. Sudah adakah obat untuk HIV ?
- Obat ARV ( Anti Retro Viral ) dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang usia hidup Odha ( Orang dengan HIV dan AIDS )
- Obat ARV tidak dapat menyembuhkan Odha karena tidak bisa menghilangkan HIV dalam tubuh.
- Odha harus minum obar ARV secara rutin pada jam tertentu, setiap hari dan seumur hidup.
- Sejak tahun 2007, terdapat 75 rumah sakit rujukan bagi Odha si seluruh Indonesia yang menyediakan obat ARV.
Apa itu HIV?
HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ? Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak. Dimanakah virus HIV ini berada ? HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Apakah CD4 itu ? CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol). Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ? Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia. Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS? Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi): Gejala Mayor:
Gejala Minor:
Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV. Bagaimana HIV menjadi AIDS? Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS: 1. Tahap 1: Periode Jendela
2. Tahap 2: HIV Positif
(tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
3. Tahap 3: HIV Positif
(muncul gejala)
4. Tahap 4: AIDS
-dipi-
__________________
The fear of suffering
is worse than suffering itself - The Alchemist
|
VCT atau Voluntary Counseling and
Testing untuk HIV-AIDS
Saat ini HIV dan AIDS tidak hanya identik dengan beberapa komunitas, seperti Gay, PSK, Waria saja, tapi seorang ibu rumah tangga yang baik pun bisa terkena. Banyak hal yang bisa menyebabkan si Ibu tertular, bisa lewat suaminya yang tanpa sadar menularkan karena berhubungan sex dengan pasangan lain tanpa pengaman. Dan lebih parah si ibu bisa menularkan kepada bayinya saat mengandung. HIV ada disekitar kita, di depan, di belakang, di samping dan dimanapun. HIV senantiasa menanti kelengahan kita, maka waspadalah kita oleh kelakuan atau aktifitas yang beresiko tertular HIV. Orang yang positif HIV dengan orang yang sehat itu tidak bisa dibedakan, maka janganlah kita terjebak dengan penampilan luarnya saja. Untuk mengetahui seseorang Negatif atau Positif tertular HIV hanya bisa dilakukan lewat testing HIV. Untuk mengetahui seseorang terkena HIV-AIDS dilakukan pemeriksaan yang tidaklah semudah pemeriksaan penyakit lain. Dikarenakan HIV-AIDS merupakan penyakit yang masih memiliki stigma masyarakat yang besar, dan belum ditemukannya terapi untuk penyembuhan, pemeriksaan dilakukan dengan metode yang di sebut VCT atau Voluntary Counseling and Testing. Perbedaan dari VCT dengan pemeriksaan lain adanya tahap konseling dan testing HIV secara sukarela, artinya pasien memeriksakan dirinya tanpa adanya paksaan. VCT sendiri terdiri dari 3 tahap yaitu konseling Pre Test, testing HIV dan konseling Pasca Testing ( Post Test ). Konseling pretest yang memberikan info pasien mengerti HIV-AIDS, memberikan persiapan pada pasien jika hasil test negative ataupun positif, termasuk merubah prilaku yang beresiko. Sedangkan konseling post test berguna untuk membantu penderita informasi maupun bantuan berupa care, support ataupun treatment. Sedangkan jika negative memberikan dorongan lebih kuat untuk merubah perilaku yang beresiko. VCT sangat dianjurkan bagi siapapun yang merasa beresiko, baik dikarenakan hubungan sex bebas yang tidak aman, penggunaan jarum suntik narkoba bergantian, atau dari ibu ( yang sudah mengidap HIV/AIDS ) ke bayi baik saat dalam kandungan maupun saat menyusui. Kenapa VCT dianjurkan ? Ini di sebabkan ketiga kategori yang diatas tadi sangat rentan sekali untuk resiko tertular virus HIV. Untuk yang merasa termasuk dalam kelompok beresiko, jangan takut untuk melakukan tes, karena rasa takut itu timbul dari diri kita sendiri. Baru setelah mengerti dan paham tentang VCT, cobalah untuk melakukan tes HIV. Secara Individual,VCT memiliki manfaat:
Di tingkat masyarakat
Perlu di ingat juga, bahwa VCT
bukan hanya sekedar mengetahui status positif atau negatif saja, tapi lebih
utama adalah perubahan perilaku. Percuma hasil negatif jika tidak diikuti
dengan perubahan perilaku. Jika tidak bisa berubah, maka siap-siap saja nanti
jika hasilnya berubah menjadi positif.
|