Kamis, 18 Oktober 2012

AIDS

                                                   BAB I 
 PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Sindrom Imunodefisiensi Didapat (AIDS) menarik perhatian komunitas kesehatan pertama kali pada ditemukan, tahun 1981, saat terjadi kasus-kasus pneumonia dan Sarkoma Kaposi yang tidak lazim pada laki-laki homoseks di California, Amerika.  Bukti epidemiologik mengisyaratkan terdapatnya suatu agen infektiosa, dan pada tahun 1983 virus imunodefisiensi manusia tipe-1 (HIV-1) diidentifikasi sebagai penyebab penyakit (Barre-Sinoussi et al.,1983; Gallo, 1984).  AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.   Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama.  Saat ini AIDS dijumpai pada hamper semua Negara, dan merupakan sebuah pandemik di dunia.4
Sampai Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang, sejak pertama ditemukan, tanggal 5 Juni 1981.  Data terakhir pada Desember 2004, jumlah ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.7
Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS.  HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan Negara, krisis ekonomi, pendidikan juga krisis kemanusiaan.  Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi.  Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981.Meskipun demikian, dari beberapa literatur sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan definisi surveilans AIDS pada tahun 1950 dan 1960-an di Amerika Serikat.  Sampel jaringan potongan beku dan serum dari seorang pria berusia 15 tahun di St. Louis, AS, yang dirawat dengan dan meninggal akibat Sarkoma Kaposi diseminata dan agresif pada 1968, menunjukkan antibody HIV positif dengan Western Blot dan antigen HIV positif dengan ELISA.  Pasien ini tidak pernah pergi ke luar negeri sebelumnya, sehingga diduga penularannya berasal dari orang lain yang juga tinggal di AS pada tahun 1960-an, atau lebih awal.
Virus penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada waktu itu diberi nama LAV (lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada tahun 1984 yang saat itu dinamakan HTLV-III. Sedangkan tes untuk memeriksa antibody terhadap HIV dengan cara ELISA baru tersedia pada tahun 1985.
Istilah pasien AIDS tidak dianjurkan dan istilah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) lebih dianjurkan agar pasien AIDS diperlakukan lebih manusiawi, sebagai subjek dan tidak dianggap sebagai sekedar objek, sebagai pasien.
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara Belanda di Bali.  Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember 1985 yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan hasil tes ELISA tiga kali diulang, menyatakan positif.  Hanya, hasil tes Western Blot, yang saat itu dilakukan di Amerka Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS.  Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1988 di RS Cipto Mangunkusumo, pada pasien hemofilia dan termasuk jenis non-progessor, artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17 tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi dengan Western Blot, serta masih berobat jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002. 1
Sampai saat ini terapi infeksi HIV belum dapat mengeradikasi HIV.  ARV bukan obat pembunuh virus, nemun pemberian obat tersebut dapat menekan angka kesakitan dan angka kematian.  Namun bila terapi dihentikan, jumlah virus akan kembali seperti semula.  Tujuan utama terapi HIV dengan ARV adalah penekanan secara verkelanjutan jumlah virus, pemulihan dan/atau pemeliharaan fungsi imunologik, perbaikan kualitas hidup, dan mengurangan morbiditas-mortalitas HIV.

1.2.  Tujuan Penulisan
1.2.1.      Tujuan Umum
Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan refrat ini adalah menguraikan permasalah dan penanganan kasus pada pasien dengan HIV/AIDS.

                                                            BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Etiologi
Infeksi HIV disebabkan oleh Human Imuno-deficiency Virus dahulu disebut Human  T-cell Lymphotrophic Virus type-III (HTLV-III) atau Lypmphadenopathy Virus (LAV).  HIV termasuk golongan retrovirus manusia sitopatik, dari famili lentivirus, yang memiliki materi genetik berupa sepasang asam ribonukleat rantai tunggal yang identik dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase.1,5  HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di dunia.
Virion HIV terdiri dari tiga bagian utama, yaitu envelope yang merupakan lapisan luar, capsid yang meliputi isi virion  dan yang ketiga adalah core yang merupakan isi virion.
Envelope adalah lapisan lemak ganda yang terbentuk dari sel penjamu dan mengandung protein penjamu.  Pada lapisan ini tertanam glikoprotein virus yang disebut gp41.  Pada bagian luar protein ini terikat gp120, molekul ini akan berikatan dengan reseptor CD4 pada saat menginfeksi limfosit T4 dan sel lainnya yang mempunyai reseptor tersebut.  Capsid berbentuk iko-sahedral dan merupakan lapisan protein yang dikenal sebagai p17.  Pada bagian core terdapat sepasang RNA tunggal, enzim-enzim seperti reverse transcriptase, endonuclease  dan protease serta protein-protein struktural terutama p24.          
Gambar 1. Struktur HIV-1 4

2.2.  Epidemiologi
HIV merupakan pandemik dunia.  Hampir setiap negara terdapat infeksi HIV.1,3,7  HIV-2 lebih prevalen di banyak negara Afrika barat, namun HIV-1 merupakan virus predominan di Afrika tengah dan timur, dan bagian dunia lainnya.  Menurut The Joint United Nations Program on HIV/AIDS (2000), bahwa 36,1 juta orang telah terinfeksi HIV dan AIDS pada akhir tahun 2000.  Dari 36,1 juta kasus, 16,4 juta adalah perempuan, dan 600.000 adalah anak-anak berusia kurang dari 15 tahun.5  Data terakhir menyebutkan bahwa sampai Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang, sejak pertama ditemukan, tanggal 5 Juni 1981.  Data terakhir pada Desember 2004, jumlah ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.8
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu melalui hubungan seksual (baik homoseksual maupun heteroseksual), jarum suntuk (pada penggunaan narkotika), transfusi komponen darah, dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya.3,9  Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap HIV/AIDS yaitu pada pengguna narkotika, PSK dan pelanggannya, serta narapidana.
Namun, infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum.  Beberapa bayi yang telah terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari tahap penularan heteroseksual.
Sejak 1985 sampai 1996 kasus AIDS masih sangat jarang ditemukan di Indonesia.  Sebagian besar ODHA pada masa itu berasal dari kelompok homoseksual.  Kemudian jumlah kasus baru HIV/AIDS semakin meningkat, sejak pertengahan tahun 1999 mulai terlihat peningkatan tajam yang terutama disebabkan akibat penularan melalui narkotika suntik.  Sampai dengan akhir Maret 2005 tercatat 6789 kasus AIDS yang dilaporkan.  Pada tahun 2002, Departeman Kesehatan RI memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV adalah berkisar 90.000 sampai 130.000 orang. 
Survey Sentinel yang dilakukan di RS Ketergantungan Obat, Jakarta, menunjukkan peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna Narkotika yang sedang menjalani rehabilitas yaitu 15% pada tahun 1999, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun 2000, dan 47,9% pada tahun 2001.  Bahkan sebuah survey telah dilakukan di sebuah kelurahan di Jakarta Pusat yang dilakukan oleh Yayasan Pelita Ilmu menunjukkan 93% pengguna narkotika telah terinfeksi HIV.
Survey lain yang dilakukan pada tahun 1999-2000 pada beberapa klinik KB, Puskesmas dan Rumah Sakit di Jakarta yang dipilih secara acak menemukan bahwa 6 (1,12%) ibu hamil dari 537 ibu hamil yang bersedia menjalani tes HIV, ternyata positif terinfeksi HIV.

2.3.  Asal Mula HIV
AIDS pertama kali dilaporkan pada 5 Juni 1981, saat Badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika menemukan biakan Pneumocystis cranii pneumonia pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.  Sebelumnya tercatat tiga kasus infeksi HIV :
1.      Sampel plasma darah diambil pada tahun 1959 dari seorang laki-laki dewasa di daerah yang kini dikenal Republik Demokratik Kongo.
2.      Ditemukan HIV pada sampel jaringan dari remaja Afrika-Amerika berumur 15 tahun yang meninggal di St.Louis tahun 1969.
3.      Ditemukan HIV pada sampel jaringan dari pelaut berwarganegara Norwegia, meninggal tahun 1976.8
Dua spesies HIV yang menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2, dimana   HIV-1 lebih virulent dan lebih mudah untuk transmisi.  HIV-1 merupakan sumber utama infeksi HIV di dunia, dimana HIV-2 lebih sulit untuk bertransmisi dan lebih banyak ditemukan di Afrika Barat.  HIV-1 dan HIV-2 berasal dari klas primata, dimana HIV-1 berasal dari Chimpanzee (ditemukan di bagian selatan Cameroon), dan HIV-2 berasal dari Monyet tua, ditemukan di Guinea Bissau, Gabon dan Cameroon.8

2.4.  Definisi
HIV adalah retrovirus yang menginfeksi organ vital pada sistem imun tubuh manusia, seperti sel T CD4+, makrofag dan sel dendrit.  Secara angsung dan tidak langsung menghancurkan sel T CD4+, yang sangat diperlukan dalam sistem imun tubuh.  HIV menekan sel T CD4+ sampai mencapai jumlah < 200 sel T CD4+ / µL darah.  Hal ini menyebabkan imunitas sel hilang, berlanjut pada kondisi yang kita kenal sebagai AIDS.8
Sedangkan AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh HIV.  AIDS merupakan tahap akhir dari HIV.3











Perjalanan infeksi HIV yang tidak tertangani dapat dibagi dalam beberapa tahap : 2



Gambar 2. Perjalanan Penyakit HIV

2.5.  Patogeneis
HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi vagina / serviks, urin, ASI, dan air liur.  Penularan terjadi paling efisien melalui darah dan semen.  Tiga cara utama penularan adalah kontak darah, kontak seksual dan kontak ibu-bayi.  Setelah virus ditularkan, terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV, karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.  Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.  Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.3
Gambar 3. Hubungan antara HIV (viral load) dengan hasil perhitungan CD4 pada rata-rata
    kasus infeksi HIV yang tidak tertangani.8


       Perhitungan Limfosit CD4+
       Hasil replikasi HIV RNA , per mL plasma

2.6.  Patofisiologi
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.3  Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam 3 fase, yang meliputi fase akut, fase laten dan fase klinis (fase bergejala).1
2.6.1.      Fase Akut
Fase ini terjadi setelah + 3 minggu infeksi awal.  50-70% penderita HIV mempunyai gejala yang menyerupai mononucleosis akut.  Masa ini berhubungan dengan jumlah virus yang tinggi dalam darah.  Dalam satu minggu sampai tiga bulan akan terbentuk respon imun terhadap HIV.  HIV akan tersebar luas selama fase infeksi, terutama di dalam organ limfoid, kemudian imunitas spesifik HIV yang terbentuk pada fase ini berhubungan dengan penurunan jumlah virus HIV di dalam darah secara tajam sampai mencapai jumlah virus yang relatif konstan.
Proses ini terjadi berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan.  Imunitas spesifik tidak cukup untuk menurunkan replikasi virus keseluruhan.  Penyebaran HIV terjadi di dalam kelenjar getah bening walaupun jumlah virus dalam plasma dan mRNA HIV tidak dapat dideteksi dalam sel-sel molekuler darah tepi.  Perubahan yang terjadi berhubungan dengan respon imun spesifik terhadap HIV.  Replikasi virus HIV tidak dapat dihentikan.
Gejala yang dapat terjadi adalah demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).1, 3
Seiring dengan semakin memburukknya kekebalan tubuh, Sindroma HIV akut yang telah disebutkan diatas, akan semakin jelas pada pasien ODHA.
2.6.2.      Fase Laten
Setelah infeksi primer, terjadi penyebaran virus, kemudian berperan imunitas spesifik HIV.  Fase laten yang berjalan dalam hitungan tahun.  Selama masa ini semua pasien mengalami penurunan sistem imun yang dapat dideteksi dengan penurunan CD4.
2.6.3.      Fase Klinis
            Penurunan sistem imunologis secara progresif dapat menimbulkan penyakit yang disebut AIDS, berupa gejala dan tand penyakit umum berat dan lama, infeksi oportunistik atau neoplasma.  Limfadenopati umum progresif pada beberapa pasien sudah terjadi sejak tahap awal infeksi.  Hal ini disebabkan respon imun terhadap HIV yang berlebihan di dalam kelenjar getah bening.  Sarkoma Karposi dapat timbul sebelum terjadinya imunosupresi berat.


2.7.  Gejala Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV.  Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).9
Lebih dari separuh orang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi primer. Gejala infeksi primer digambarkan terdapat pada semua populasi yang mempunyai resiko terkena infeksi laki-laki homoseksual, lak-laki dan wanita heteroseksual, resipien organ dari donor yang terinfeksi, pengguna narkotika melalui suntikan, resipien darah yang terkontaminasi dan kecelakaan kerja pada pekerja-pekerja bidang kesehatan.  Sampai sekarang belum ada penelitian yang melaporkan perbedaan gambaran klinis berdasarkan faktro risiko di atas.   Pada 95% kasus sekurang-kurangnya terdapat satu tanda klinis.  Gejala klinis infeksi primer timbul setelah beberapa hari terinfeksi dan berlangsung 2-6 minggu dengan rata-rata 2 minggu setelah terinfeksi.  Infeksi primer HIV dapat tidak bergejala maupun bergejala seperti penyakit flu sampai dengan manifestasi neurologis.
Infeksi primer HIV dapat terjadi segera setelah terinfeksi HIV dan gejala klinik yang terjadi bervariasi baik lama berlangsungnya maupun intensitasnya.  Gejala klinik infeksi primer dapat dibagi menjadi gejala umum, gejala mukokutan, gejala neurologis, gejala gastrointestinal, serta manifestasi pembesaran kelenjar getah bening.  Gejala umum berupa demam, nyeri otot, nyeri sendi dan rasa lemah.  Demam dengan rata-rata suhu tubuh 38,6°C dan beberapa mempunyai suhu tubuh lebih dari 39°C.  Gejala nyeri otot dan nyeri sendi kadang-kadang berhubungan dengan demam.  Gejala tersebut rata-rata berlangsung 16-23 hari. Menetapnya gejala-gejala tersebut lebih dari 14 hari tampaknya berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Gejala mukokutan dapat berupa ruam kulit pada lebih dari 60% kasus.  Erupsi kulit dapat berupa erimatus, makulopapular, vesicular, tidak gatal dan biasanya simetris terdapat pada muka, badan dan kadang-kadang anggota gerak tetapi jarang muncul erupsi yang menyeluruh.
Manifestasi gejala getah bening berupa pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya tidak nyeri, dapat bersifat menyeluruh maupun lokal.  Gejala ini didapatkan pada 50% kasus.
Gejala gastrointestinal berupa anoreksia, nausea, diare, dan jamur di mulut serta esophagus.  Gejala infeksi primer ini akan berlangsung selama 2-6 minggu dan akan membaik dengan atau tanpa pengobatan.  Setelah itu perjalanan penyakit menuju stadium tanpa gejala -yang pada orang dewasa lamanya 5-10 tahun.  Setelah masa tanpa gejala akan timbul gejala-gejala pendahuluan seperti demam, pembesaran kelenjar yang kemudian diikuti dengan infeksi oportunistik.  Adanya infeksi oportunistik menunjukkan perjalanan infeksi telah memasuki stadium AIDS.

2.8.  Diagnosis
Pada dasarnya pendekatan diagnosis infeksi HIV dilakukan dngan cara yang sama dengan penyakit lain melalui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang.  Namun cara ini hanya dapat dilakukan bila penderita sudah mempunyai gejala atau simtomatik.  Pada keadaan tidak bergejala atau asimtomatik perlu dilakukan pemeriksaan anti HIV.
Pemeriksaan anti HIV dilakukan bila terdapat perilaku yang beresiko terutama hubungan seksual yang tidak aman atau pengguna narkoba melalui suntik.  Diagnosis infeksi HIV harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan dampak yang besar pada orang yang di diagnosis.1
Adapun seorang dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.  Dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.  Gejala mayor dan gejala minor yang dimaksud adalah seperti tertera pada Tabel 1.6
Tabel 1.  Definisi AIDS pada orang dewasa (> 12 tahun)
Gejala Mayor
Gejala Minor

·        Berat badan turun > 10% dalam 1 bulan
·        Diare kronik, berlangsung > 1 bulan
·        Demam berkepanjangan > 1 bulan
·        Penurunanan kesadaran
·        Gangguan Neurologi
·        Dimensia / Ensefalopati HIV
·        Batuk menetap > 1 bulan
·        Dermatitis generalisata yang gatal
·        Herpes Zooster berulang
·        Kandidosis orofaring
·        Herpes Simpleks kronis progresif
·        Limfadenopati generalisata
·        Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

            Langkah-langkah diagnosis yang perlu dilakukan diantaranya:6
1.      Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2.      Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
3.      Pemeriksaan fisik untuk menari tanda infeksi oportunistik dan kaner terkait.  Perhatikan perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi.
4.      Pemeriksaan Penunjang, cari jumlah limfosit total, antibody HIV dan foto Rontgen
           
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tes terhadap antibody HIV ini yaitu adanya masa jendela atau Window Period.  Masa Jendela adalah waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibody yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan.  Antibody mulai terbentuk pada 4-8 minggu setelah infeksi.  Pada masa ini, hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV, dapat memberikan hasil yang negatif.  Untuk itu, jika ada kecurigaan akan adanya risiko terinfeksi cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.3
Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik (Tabel 2) atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3. 2, 3

Tabel 2.  Infeksi Oportunistik yang sesuai dengan Kriteria Diagnosis AIDS (1997) 2, 3
Infeksi
Frekuensi (%)
Cytomegalovirus (CMV) selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening
7
CMV Mata (dengan penurunan fungsi penglihatan)
Ensefalopati HIV
-
Herpes Simpleks, ulkus kronik (>1 bulan), bronkitis, pneumonitis atau esofagitis
5
Histoplasmosis, diseminata atu ekstraparu
0,9
Isosporiasis, dengan diare kronik (>1 bulan)
0,1
Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru
16
Kandidiasis esofagus
Kanker serviks invasif
0,6
Koksidiodomikosis, diseminata atu ekstraparu
0,3
Kriptokokosis, ekstraparu
5
Kriptosporidosis, dengan diare kronik (>1 bulan)
1,3
Leukoensefalopati multifokal progresif
1
Limfoma, Burkitt
0,7
Limfoma, imunoblastik
-
Limfoma, primer pada otak
-
Mikobakterium avium kompleks atau M. Kansasii, diseminata atau ekstraparu
5
Mikobakterium tuberkulosis, paru atau ekstraparu
2
Mikobakterium, spesies lain atau spesies yang tidak dapat diidentifikasi, diseminata atau ekstraparu
-
Pneumonia Pneumoncystis carinii
38
Pneumonia rekuren
5
Sarkoma Kaposi
7
Septikemia Salmonella rekuren
0,3
Toksoplasmosis otak
4
Wasting Syndrome
18



Kriteria klasifikasi HIV menurut sistem WHO seperti tertera pada tabel 2.7,8

Tabel 3. Klasifikasi Infeksi Oportunistik HIV berdasarkan WHO
STAGE
Gejala Utama
1
Sakit yang tidak khas
Limfadenopaty yang asimptomatik
(tidak dapat dikategorikan sebagai AIDS)
2
Penurunan Berat Badan < 10%
Manifestasi Mukokutaneus
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (berulang)
3
Penurunan Berat Badan > 10%
Diare Kronik tanpa sebab yang jelas > 1 bulan
Demam > 1 bulan
Kandidiasis Oral
TB Paru
4
TB Ekstrapulmonal
Toksoplasmosis
Ensefalopati
Kandidiasis bronkus, trakhea, paru
Sarkoma Karposi

2.9.  Penatalaksanaan HIV
Tujuan penatalaksanaan infeksi HIV adalah menekan jumlah virus HIV dalam waktu yang lama dan maksimal, memperbaiki status imunologis, menurunkan mortalitas dan morbiditas serta memperbaiki kualitas hidup.  Pengobatan HIV dapat dibagi dalam:
a.       Pengobatan suportif
b.      Pengobatan infeksi oportunistik
c.       Pengobatan antiretroviral (ARV)
Tujuan pengobatan suportif adalah untuk meningkatkan keadaan umum penderita. Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik serta vitamin. Disamping itu perlu diupayakan dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktifitas seperti semula.  Pengobatan suportif ini penting dan umumnya dapat dilaksanakan dirumah atau layanan kesehatan sederhana.
Pemberian ARV ditujukan untuk menekan kadar HIV RNA plasma sampai dengan kadar yang tidak terdeteksi.  Pemberian ARV direkomendasikan untuk penderita dengan sindroma HIV akut akibat infeksi primer HIV dan mereka yang mengalami serokonversi dalam waktu 6 bulan serta semua penderita infeksi HIV yang menunjukkan gejala.  Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, non-nucleotide reverse trancriptase inhibitor, dan protease inhibitor.

Tabel 4. Obat ARV yang beredar di Indonesia.3,6
Nama Dagang
Nama Generik
Golongan
Efek Samping
Sediaan
Dosis (per hari)
Duviral



Tablet, kandungan: Zidovudin 300mg, Lamivunid 150mg
2 x 1 tablet
Stavir
Zerit
Stavudin (d4T)
NRTI
Neuropati perifer, pankreatitis, hepatitis, neutropenia
Kapsul:
30mg, 40mg
> 60kg : 2 x 40mg
< 60kg : 2 x 30mg
Hiviral
3TC
Lamivudin (3TC)
NRTI
Sakit kepala, nausea, diare, nyeri abdomen, insomnia
Tablet 150mg, Lar.Oral 10mg/mL
> 50kg : 2 x 150mg
< 50kg : 2 x 2mg/kgBB/hari
Viramune
Neviral
Nevirapin (NVP)
NNRTI

Tablet 200mg
1 x 200mg selama 14hari, dilanjutkan 2 x 200mg
Retrovir
Adovi
Avirzid
Zivovudin
(ZDV, AZT)
NRTI
Nyeri kepala, lemah, insomnia, anemia, netropenia, hepatitis, kardiomiopati, perubahan warna kuku
Kapsul 100mg
2 x 300mg atau
2 x 250mg (dosis alternatif)
Videx
Didanosin (ddI)
NRTI
Neuropati perifer, pankreatitis, hepatitis, hiperurisemia, kemerahan
Tablet Kunyah 100mg
> 60kg : 2 x 200mg
< 60kg : 2 x 125mg
Stocrin
Evavirenz (EFV)
NRTI

Kapsul 200mg
1 x 600mg (malam)
Nelvex
Viracept
Nelfinavir (NFV)
PI

Tablet 250mg
2 x 1250mg
Norvir
Ritonavir
PI
Intoleransi sal.cerna, peningkatan kolesterol & trigliserid
Tablet
2 x 600mg

Mekanisme kerja golongan NRTI adalah dengan menghambat reverse transcriptase HIV sehingga pertumbuhan rantai DNA dan replikasi terhenti.  Pada golongan NNRTI, mnghambat transkripsi RNA HIV menjadi DNA, suatu langkah penting dalam proses replilkasi virus.  Sedangkan PI mempunyai mekanisme kerja menghambat protease HIV, yang mencegah pematangan virus HIV infeksiosa.5
Ringkasan prinsip terapi pada infeksi HIV yang dikembangkan oleh Panel NIH, CDC 1998: 5
1.      Replikasi HIV yang berlangsung terus-menerus menyebabkan sistem imun rusak, dan berkembang menjadi AIDS.  Infeksi HIV selalu merugikan, dan kesintasan jangka panjang sejati yang bebas dari disfungsi sistem imun sangat jarang terjadi.
2.      Kadar RNA HIV dalam plasma menunjukkan besarnya replikasi HIV, dan berkaitan dengan laju destruksi Limfosit-T CD4+ menunjukkan keparahan kerusakan sistem imun akibat HIV yang sudah terjadi.  Pada seorang yang terinfeksi HIV, perlu dilakukan pengukuran periodik berkala untuk kadar RNA HIV plasma dan hitung sel CD4+ untuk menentukkan risiko perkembangan penyakit serta mengetahui saat yang tepat untuk memulai / memodifikasi regimen terapi ARV.
3.      Karena laju perkembangan penyakit berbeda diantara orang-orang yang terinfeksi HIV, maka keputusan tentang pengobatan harus disesuaikan orang-per-orang berdasarkan tingkat risiko yang ditunjukkan oleh kadar RNA HIV plasma dan kitung sel T CD4+.
4.      Pemakaian terapi ARV kombinasi yang poten untuk menekan replikasi HIV dibawah kadar yang dapat dideteksi oleh pemeriksaan-pemeriksaan RNA HIV plasma yang sensitif akan membatasi kemungkinan munculnya varian-varian HIV resisten-ARV, yaitu faktor utama yang membatasi kemampuan obat ARV menghambat replikasi virus dan perkembangan penyakit.  Karena itu, tujuan terapi seyogyanya adalah penekanan replikasi HIV semaksimal yang dapat dicapai.
5.      Cara yang paling efektif untuk menekan replikasi HIV dalam jangka lama adalah pemberian secara simultan kombinasi obat-obat anti-HIV yang efektif, yang belum pernah diterima oleh pasien, dan tidak memperlihatkan resisten-silang dengan obat ARV yang pernah diterima pasien sebelumnya.
6.      Setiap obat ARV yang digunakan dalam regiman terapi kombinasi harus selalu dipakai sesuai jadwal dan dosis yang optimal.
7.      Jumlah dan mekanisme kerja obat-obat ARV efektif yang tersedia masih terbatas, karena telah terbukti adanya resistensi-silang diantara obat-obat spesifik.  Karena itu setiap perubahan dalam terapi ARV meningkatkan pembatasan-pembatasan terapetik dimasa mendatang.
8.      Perempuan harus mendapat terapi ARV yang optimal, tanpa memandang status kehamilan
9.      Prinsip terapi ARV yang sama juga berlaku pada anak, remaja dan dewasa yang terinfeksi oleh HIV, walaupun terapi pada anak terinfeksi HIV memerlukan pertimbangan farmakologik, virologik, dan imunologik tersendiri.
10.  Individu yang terdeteksi pada infeksi HIV orimer akut harus diterapi dengan terapi ARV kombinasi untuk menekan replikasi virus sampai ke kadar batas deteksi pemeriksaan-pemeriksaan RNA HIV plasma yang sensitif.
11.  Individu yang terinfeksi HIV, walaupun dengan kadar virus dibawah batas yang dapat dideteksi, harus tetap dianggap menular.  Dengan demikian, para pasien ini harus diberi pertanyaan untuk menghindari perilaku seksual dan penyalah-gunaan obat yang berkaitan dengan penularan atau akuisisi HIV patogen menular lainnya.

2.10.        Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, dan amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu : 3
a)      Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.
Diperlukan strategi penerapan di sekolah, akademi / Universitas dan yang diluar sekolah.
b)      Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran.
LSM berpengalaman dan program magang, akan berguna untuk daerah-daerah yang belum mengerjakan atau ingin memperluas cakupan kelompok sasarannya.
c)      Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik.
Program ini sudah terbina dengan baik, sehingga tinggal melanjutkan agar ada kesinambungan.  Setiap momentum yang terkait dengan HIV/AIDS perlu dimanfaatkan untuk mendorong partisipasi media untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut.
d)      Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril.
e)      Program pendidikan agama.
Program ini tidak lepas dari pendidikan agama di sekolah dan di rumah.  Namun, beberapa hal mungkin dapat diperbaiki.  Di antaranya, strategi belajar-mengajar yang berpijak pada kehidupan sehari-hari, termasuk penggunaan bahasa dan idiom-idiom yang disesuaikan dengan peserta.  Sebagai contoh, istilah khamr / alkohol kurang dikenal dalam bahasa sehari-hari remaja.  Demikian pula heroin, kokain, dan LSD tidak begitu dikenal. Mereka lebih mengenal dengan nama putauw, ekstasi, dan cimeng.
f)       Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS).
g)      Program promosi kondom dilokalisasi pelacuaran dan panti pijat.
h)      Pelatihan keterampilan hidup.
Sangat diperlukan oleh remaja agar mengenal potensi diri, tahu memanfaatkan sistem informasi, mengenal kesempatan dan cara-cara mengembangkan diri.  Bila kehidupan ekonomi & pendidikan membaik, niscaya penularan HIV/AIDS dapat ditekan.
i)        Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling.
Pengadaan tempat-tempat tes HIV dan konseling yang mudah dicapai dan suasana akrab dengan klien akan membuat orang-orang yang merasa mempunyai risiko tinggi beringan kaki mendatangi tempat-tempat tes dan konseling HIV tersebut. Dengan konseling, diharapkan ODHA menerapkan seks aman dan tidak menularkan HIV ke orang lain.

j)        Dukungan untuk anak jalanan dan pengetasan prostitusi anak.
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan kepedulian dan partisipasi aktif berbagai lapisan masyarkaat seperti LSM, ahli hukum, ahli ilmu sosial, media massa, kepolisian, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, dll.
k)      Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan, dan dukungan untuk ODHA.
Merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan program penganggulangan HIV/AIDS.  Bila kita melaksanakan program pencegahan saja, hasilnya tidak akan sebaik bila dilakukan bersama program pengobatan, layanan dan dukungan untuk ODHA.  Masyarakat yang mendapat penyuluhan saja, kemudian merasa ia melihat tidak ada yang mau merawat ODHA, atau bila ia mengetahui ada ODHA yang dipecat dari pekerjaannya, dan dikucilkan dari keluarga dan masyarakat.
l)        Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.
Sudah cukup banyak program kegiatan penanggulangan HIV/AIDS yang terbukti efektif dan mampu laksana, sudah diterapkan untuk menekan kecepatan peningkatan prevalensi HIV/AIDS di Indonesia.  Namun, perbaikan masih harus dilakukan.  Bukan hanya menyangkut kualitas program, namun juga perluasan cakupan penerima program.

                                                  BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.  Kesimpulan
Sindrom Imunodefisiensi Didapat (AIDS) menarik perhatian komunitas kesehatan pertama kali pada ditemukan, tahun 1981.  Bukti epidemiologik mengisyaratkan terdapatnya suatu agen infektiosa, dan pada tahun 1983 virus imunodefisiensi manusia tipe-1 (HIV-1) diidentifikasi sebagai penyebab penyakit (Barre-Sinoussi et al.,1983; Gallo, 1984).  AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.   Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama.  Saat ini AIDS dijumpai pada hamper semua Negara, dan merupakan sebuah pandemik di dunia.4
Sampai Januari 2006, UNAIDS dan WHO memperkirakan AIDS telah membunuh 25 juta orang, sejak pertama ditemukan, tanggal 5 Juni 1981.  Data terakhir pada Desember 2004, jumlah ODHA di dunia mencapai estimasi 35,9-44,3 juta orang.7
Virus penyebab AIDS diidentifikasi oleh Luc Montagnier pada tahun 1983 yang pada waktu itu diberi nama LAV (lymphadenopathy virus) sedangkan Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada tahun 1984 yang saat itu dinamakan HTLV-III.  Sedangkan tes untuk memeriksa antibody terhadap HIV dengan cara ELISA baru tersedia pada tahun 1985.
Istilah pasien AIDS tidak dianjurkan dan istilah ODHA (orang dengan HIV/AIDS) lebih dianjurkan agar pasien AIDS diperlakukan lebih manusiawi, sebagai subjek dan tidak dianggap sebagai sekedar objek, sebagai pasien.
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara Belanda di Bali.  Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1988 di RS Cipto Mangunkusumo, pada pasien hemofilia dan termasuk jenis non-progessor, artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup baik selama 17 tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi dengan Western Blot, serta masih berobat jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2002.1
Infeksi HIV disebabkan oleh Human Imuno-deficiency Virus dahulu disebut Human  T-cell Lymphotrophic Virus type-III (HTLV-III) atau Lypmphadenopathy Virus (LAV).  HIV termasuk golongan retrovirus manusia sitopatik, dari famili lentivirus, yang memiliki materi genetik berupa sepasang asam ribonukleat rantai tunggal yang identik dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase.1,4  HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di dunia.
HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi vagina / serviks, urin, ASI, dan air liur.  Penularan terjadi paling efisien melalui darah dan semen.  Tiga cara utama penularan adalah kontak darah dan kontak seksual dan kontak ibu-bayi.  Setelah virus ditularkan, akan terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV, karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.  Limfosit CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.  Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.3
Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.3  Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam 3 fase, yang meliputi fase akut, fase laten dan fase klinis (fase bergejala).1
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV.  Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan (nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).8
Pada dasarnya pendekatan diagnosis infeksi HIV dilakukan dngan cara yang sama dengan penyakit lain melalui manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang.  Namun cara ini hanya dapat dilakukan bila penderita sudah mempunyai gejala atau simtomatik.  Pada keadaan tidak bergejala atau asimtomatik perlu dilakukan pemeriksaan anti HIV.
Pemeriksaan anti HIV dilakukan bila terdapat perilaku yang beresiko terutama hubungan seksual yang tidak aman atau pengguna narkoba melalui suntik.  Diagnosis infeksi HIV harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan dampak yang besar pada orang yang di diagnosis.1  Adapun seorang dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai, dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.5
Tujuan penatalaksanaan infeksi HIV adalah menekan jumlah virus HIV dalam waktu yang lama dan maksimal, memperbaiki status imunologis, menurunkan mortalitas dan morbiditas serta memperbaiki kualitas hidup.  Pengobatan HIV dapat dibagi dalam:
a.       Pengobatan suportif
b.      Pengobatan infeksi oportunistik
c.       Pengobatan antiretroviral (ARV)
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara, dan amat dianjurkan oleh WHO untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu : (a) Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda; (b) Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran; (c) Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik; (d) Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril: (e) Program pendidikan agama; (f) Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS); (g) Program promosi kondom dilokalisasi pelacuaran dan panti pijat; (h) Pelatihan keterampilan hidup; (i) Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling; (j) Dukungan untuk anak jalanan dan pengetasan prostitusi anak; (k) Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan, dan dukungan untuk ODHA; (l) Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.3

3.2.  Saran
Perlunya kesadaran individual masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang HIV/AIDS.  Lebih diperbanyak frekuensi pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan yang berkaitan dengan HIV/AIDS di Indonesia, baik olah LSM ataupun perorangan (misalnya berupa tugas akhir, pribadi / kelompok dalam suatu tingkat studi pendidikan).
Sudah saatnya bagi Pemerintah untuk mendukung penuh serta mengadakan kegiatan rutinitas pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.  Pelaksanaan dapat dilakukan misalnya dengan cara bergiliran pada tiap kabupaten yang ada di Indonesia, agar seluruh lapisan masyarakat menerima pesan yang dimaksud dalam setiap kegiatannya.


INFORMASI SEPUTAR PERTANYAAN TENTANG HIV/AIDS
oleh KMPAN UNDIKSHA pada 09 Mei 2010 jam 4:56
Apa itu HIV ?

HIV adalah nama Virus, yaitu Virus menyerang system kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang sel darah putih ( jenis sel T, khususnya sel T – 4 yang disebut juga CD 4. sel T menjadi lemah karena dirusak HIV jumlahnya akan berkurang dan menyebabkan pertahanan tubuh menjadi lemah, karena sel T adalah sel yang menjaga kekebalan tubuh manusia. Akhirnya tubuh sangat mudah terserang penyakit.

Apa yang dimagsud dengan HIV positif ?

Orang yang terinfeksi HIV, yang berati sudah mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV + ( dibaca HIV positif ) atau menghidap HIV.
Penghidap HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukan gejala yang bisa dilihat, sehingga secara fisik ia kelihatan sehat. Namun sudah dapat menularkan Virus kepada orang lain. setelah 5 hingga 10 tahun, karena jumlah sel T sudah sangat berkurang, kekebalan tubuh menjadi merosot sehingga tubuh mudah sakit karena diserang oleh kuman-kuman penyakit yang sebenarnya relatif tidak ganas. Saat ini penghidap HIV mulai menunjukan gejala-gejala penyakit yang muncul, karana rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut disebut sebagai penderita HIV.

Bagaimana HIV bisa masuk ketubuh ?

Untuk bisa berada dalam tubuh seseorang HIV harus masuk langsung ke aliran darah. Sedangkan diluar tubuh manusia, HIV sangat cepat mati. HIV juga mudah mati oleh air panas, sabun dan bahan pencuci hama lainnya. Di dalam tubuh manusia HIV terdapat pada cairan-cairan tubuh yaitu :
• Darah
• Cairan sperma
• Cairan vagina
• Dan Air susu Ibu yang terinfeksi HIV.


Bagaiman Penularannya ?

Penularan terjadi bila ada percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, dengan jalan yaitu :
• Hubungan seks lewat vagina, dubur, atau mulut denga penghidap HIV tanpa menggunakan kondum.
• Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya seperti ( akupuntur, tindik, tato ) yang tidak steril dan tercampur HIV. Pemakian jarum suntik yang tidak steril bersama-sama oleh para pecandu narkoba sangat berisiko menularkan HIV bila diantaranya ada seorang pengidap HIV.
• Melalui transfusi darah dan transpantasi organ tubuh yang tercemar HIV,tetapi tidak perlu khawatir, saat ini transfusi dan transplantasi organ sudah mulai tahap penyaringan yang ketat, sehingga bila diketahui tercemar HIV tidak akan digunakan.
• Ibu hamil yang tertular HIV. kepada bayinya terutama dalam proses melahirkan atau lewat air susunya.

Jadi sebenarnya HIV tidak mudah menular ya ?

• HIV tidak menular melalui air mata, ludah, dan kencing. Karena HIV hanya ada pada cairan tubuh manusia yaitu darah, cairan vagina, cairan sperma dan air susu ibu.
• Gigitan serangga, serangga seperti nyamuk.
• Mandi dalam kolam renang bersama atau menggunakan WC.
• Tinggal serumah, menggunakan alat-alat makan, minum, pakian yang telah dipakai 0leh penghidap HIV atau pasien AIDS.
• Pergaulan sehari-hari seperti ciuman,bersalaman,mencuci alat-alat dan pakian, dan kegiatan sehari lainnya.

Siapa yang berisiko tertular HIV.

• Mereka yang paling berisiko tertular HIV adalah :
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan sesual, dan juga pasangannya.
• Perempaun dan pria pekerja seks, serta pelanggan mereka,
• pemakai narkoba suntikan, yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan.

Bagaimana pencegan Penularan HIV ?

A. ABSEN SEKS
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
B. BEFAITHFULL
Saling setia dengan pasangan.
Anda/tidak berganti pasangan.
C CONDUM
Selalu menggunakan kondum jika melakukan hubungan seks yang berisiko,baik lewat vagina, dubur atau pun mulut.
D DON“T INJECT
Tidak menggunakan alat-alat suntik atau jarum bekas, apalagi pakai narkoba suntik.
E EDUCATION.
Selalu dengarkan informasi HIV dan AIDS ya..........!!!!!!!!

Sampai jumpa ¡ tunggu Info selanjutnya ya, da....................................
Mari cegah, HIV/AIDS dan Narkoba.........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dari diri kita sendiri, mari............................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


ertanyaan mengenai hiv
Pertanyaan
Diajukan: 8 Mei 2009
morning beh, ada yg mau sy tanyakan :
1. Bila ada gejala hiv, seperti pembengkakan limfa, demam, etc pada hari sabtu. Bila hr selasa kita melakukan tes hiv, apakah antibodi hiv sdh terbentuk? Ato hrs menunggu 3bln kemudian untuk melakukan test?
2. Disebutkan timbul ruam adalah salah satu gejala hiv. Maaf beh kalo sy kurang mengerti, ruam disini itu maksud ny seperti apa yah. bercak hitam, atau seperti berwarna merah seperti campak or cacar?
3. Mungkin ini pertanyaan lucu buat babeh, apakah virus hiv bs mati dgn alkohol? Maksud sy kalau kita melakukan deep kissing atau ciuman dgn berpagutan lidah. Namun pd saat itu kita minum alkohol, apakah memiliki resiko tertular?
Terima ksh atas perhatian dan jawaban ny beh. God bless..


Jawaban
Oleh: Babé (9 Mei 2009)
1. Gejala awal infeksi HIV disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh saat antibodi mulai terbentuk. Jadi saya rasa kemungkinan hasil tes HIV akan menjadi reaktif waktu gejala ini dialami. Namun bila hasilnya non-reaktif, tetap melakukan tes ulang tiga bulan setelah peristiwa perilaku berisiko.
2. Ruam adalah masalah kulit, mulai gatal-gatal sampai kemerahan.
3. Ciuman, walau sangat dalam, tidak dianggap perilaku berisiko HIV, asal kesehatan mulut kedua pihak tidak sangat amat buruk (sampai pasti tidak mau cium!). Ada banyak senyawa yang mematikan HIV, termasuk sabun. Saya tidak mengusulkan diminum sabun cair sebelum cium (tetap mungkin dibutuhkan bila kesehatan mulut sangat buruk).

1. Apakah yang disebut dengan AIDS?
AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus yang disebut HIV. AIDS sebetulnya sudah tercermin dari nama lengkapnya: ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME, atau bisa diartikan sindrom cacat kekebalan tubuh. AIDS adalah suatu sindrom yang fatal karena terjadi kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan manusia amat rentan dan mudah terjangkit beberapa penyakit tertentu. Utamanya yang disebabkan oleh berbagai jenis protozoa, cacing, jamur, bakteri, virus dan kanker. Sehingga, penyakit-penyakit yang menyerang penderitanya amat bervariasi. Dan karena alasan itu pulalah, maka AIDS kurang tepat jika disebut penyakit melainkan sindrom.


2. Apa Itu HIV?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yang dalam stadium lanjutnya kemudian menjelma menjadi AIDS. Hingga saat ini, mekanisme kerja HIV di dalam tubuh manusia masih terus diteliti. Namun, secara umum, telah diketahui bahwa HIV menyerang sel-sel darah putih, sistem kekebalan tubuh yang bertugas menangkal infeksi sel darah putih itu bernama limfosit, juga disebut sel T-4, sel penolong, atau CD-4.
HIV tergolong dalam kelompok retrovirus, yaitu kelompok virus yang mempunyai kemampuan untuk menggandakan cetak biru materi genetik diri di dalam materi genetik sel-sel manusia yang ditumpangi. Dengan proses ini, HIV dapat mematikan sel-sel penolong T-4.
Masa inkubasi atau laten infeksi HIV bisa bertahun-tahun, menurut penelitian yang saat ini masih dipercayai, berkisar 5-7 tahun. Yang perlu diketahui dan patut dimengerti, selama masa ini, orang yang terinfeksi HIV tidak akan memperlihatkan gejala-gejala. Namun lambat laun, karena semakin menurun jumlah T-4-nya, semakin rusak pulalah fungsi kekebalan tubuhnya. Di saat seperti ini, penyakit-penyakit akan mudah masuk. Penyakit yang semula tidak serius menyerang tubuh (di saat sistem kekebalan tubuh belum rusak), akan berkembang menjadi parah, seiring dengan menurunnya kekebalan tubuh. Pada saat kekebalan tubuh sudah memasuki keadaan yang parah, seorang pengidap HIV akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

3. Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?
Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.


4. Dimanakah virus HIV ini berada ?
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain


5. Siapa bisa tertular HIV ?
a. Siapapun bisa tertular HIV, jika perlikakunya berisiko.
b. Penampilan luar bukan jaminan bebas HIV
c. Orang yang HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat.
d. Jika belum melakukan tes HIV, orang yang HIV positif tidak tahu bahwa dirinya sudah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.
e. Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kepastian tertular HIV atau tidak.

6. Apakah CD4 itu ?
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia


8. Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS?
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):
Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo


9. Bagaimana HIV menjadi AIDS?
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela
- HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
- Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
- Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- HIV berkembang biak dalam tubuh
- Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
- Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
-Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
- Sistem kekebalan tubuh semakin turun
- Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
- Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
- Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
- berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah


10. Komplikasi apasajakah yang dapat ditimbulkan?
Terdapat sejumlah penyakit yang umumnya berkembang dalam tubuh manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat ataupun rudak oleh HIV, diantaranya adalah : PCP (pneumonia), TBC, kaposi`s sarcoma (kanker kulit), non-Hodgkins`s lymphoma, herpes simplex, dll.


11. Tes apa sajakah yang dapat digunakan untuk mendeteksi HIV?
Bila ada kemungkinan anda terinfeksi HIV, lakukan tes dengan segera. Hasil yang positif berarti tes berhasil mendeteksi antibodi HIV dalam tubuh anda (dapat diasumsikan antibodi HIV = HIV). Bahkan meski hasil tes anda negatif bukan berarti anda bebas HIV karena virus ini mungkin saja telah masuk ke dalam pembuluh darah anda selama tiga bulan sebelum antibodi-antibodi itu muncul (bahkan ditemui kasus periode ini berlangsung hingga enam bulan), oleh karenanya untuk mendapatkan hasil tes yang akurat sebaiknya anda menunggu maksimal sampai enam bulan terhitung sejak saat pertama kali anda merasa kemungkinan terinfeksi, untuk melakukan tes HIV. Selama rentang waktu tersebut hindari hubungan seks tanpa pelindung untuk mencegah transmisi virus ini ke dalam tubuh orang lain.
Tes HIV tersedia pada pusat-pusat Keluarga Berencana, klinik kesehatan, program rehabilitasi ketergantungan obat, prakter dokter dan rumah sakit. Ketika membuat janji dengan dokter (untuk pemeriksaan laboratorium), tanyakan tentang kebijakan kerahasiaan dan anonimitas. Jika berhubungan dengan HIV, sebagian besar petugas kesehatan akan menghargai hak dan privasi anda tanpa membedakan usia (akan lebih baik bila anda mengkonfirmasikan hal ini sebelumnya).
Terdapat dua jenis tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi HIV dalam darah manusia, yaitu :
a. Tes melalui sampling darah
Tes ini adalah tes yang paling mudah didapatkan. Petugas kesehatan mengambil sejumlah kecil darah dari lengan anda dengan menggunakan jarum, kemudian mengirimkan sampel darah anda ke laboratorium untuk diperiksa apakah terdapat antibodi untuk melawan virus atau tidak. Hasilnya dapat dilihat setelah 1-2 minggu, untuk memastikan apakah anda HIV positif atau negatif.
b. Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)
Tes yang dilakukan untuk memeriksa apakah ada antibodi HIV di dalam ludah anda. Pada pelaksanaan tes ini, anda perlu membuka mulut lebar-lebar dan membiarkan petugas kesehatan menyeka lidah dan rongga dalam pipi anda dengan kapas. Hasilnya baru bisa terlihat setelah 1-2 minggu.
Bila hasil tes anda dinyatakan HIV positif, yang berarti terdapat virus dalam darah anda, akan sangat sulit diterima. Dan akan sangat membantu bila anda mendapatkan dukungan keluarga dan teman-teman anda. Tetapi mungkin saja bahkan orang-orang yang paling menyayangipun tidak bisa memberikan solusi terbaik untuk menghadapi situasi sulit yang sedang anda hadapi. Disinilah peran konselor sangat diprioritaskan, untuk menjelaskan apa yang bisa dan seharusnya anda lakukan untuk mencegah virus ini menyebar dan menjelaskan pilihan-pilihan caring and curing serta memberikan informasi tentang pilihan gaya hidup yang akan menjaga kondisi anda tetap sehat selama mungkin.


12. Bagaimanakah cara penularan HIV?
Seseorang yang mengidap HIV tidak menunjukkan sesuatu gejala klinis yang disebut tanpa gejala, atau istilah lainnya: asimtomatik, atau merasa dan tampak sehat selama bertahun-tahun sebelum AIDS mulai muncul. Kondisi ini yang patut diwaspadai. Dengan kata lain, di sinilah letak bahaya terselubung bagi penyebaran dan penularan HIV, karena seseorang tidak bisa membedakan jika orang lain telah terinfeksi HIV atau tidak.
Apakah seseorang yang mengidap HIV bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain? Satu pertanyaan yang patut mendapatkan perhatian, karena jawabannya mudah: seseorang yang tertular HIV, meskipun belum mengalami dan memperlihatkan gejala, orang itu telah dapat menularkan HIV kepada orang lain dengan jalur tertentu. Perlu dipahami, HIV ditemukan dalam darah dan cairan sperma atau cairan vagina dari seorang pengidap HIV dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain. Perlu juga diketahui, penularan itu tidak terlalu mudah, hanya bila HIV di dalam darah atau cairan tubuh itu memasuki aliran darah orang lain.
Cairan tubuh yang bisa menularkan HIV, sekali lagi, di antaranya adalah darah, cairan sperma dan vagina. Sementara, cairan tubuh yang tidak dapat menularkan HIV, adalah keringat, air mata, air ludah, dan air seni. Perkembangan terbaru, virus ini juga bisa menular lewat gonta-ganti jarum suntik yang tidak steril dan terinfeksi atau tercemar dengan HIV.
HIV dapat menular kepada siapa pun melalui cara tertentu, tanpa peduli apa kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi maupun orientasi seksualnya. HIV bisa menular lewat hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa pengaman (misalnya kondom), melalui darah yang sudah terinfeksi HIV, lewat transfusi darah atau alat-alat yang telah tercemar HIV, melalui ibu yang mengidap HIV kepada janin dikandungnya selama kehamilan.
Sehingga, dapat diambil kesimpulan, yang bisa mempermudah penularan HIV, di antaranya, berhubungan seks yang tidak aman, gonta-ganti pasangan seks, gonta-ganti jarum suntik dan memperoleh transfusi darah yang tercemar HIV.
Penularan terjadi, jika HIV masuk langsung ke aliran darah, (perlu diketahui HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia, virus ini juga sensitif sekali terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu di atas 60 derajat celsius). Untuk tertular, harus ada konsentrasi HIV cukup tinggi. Di bawah konsentrasi tertentu, tubuh manusia dapat mengeluarkan HIV yang masuk, sehingga infeksi tidak terjadi.


13. Apakah air ludah dapat menularkan HIV/AIDS?
Cairan air ludah tidak cukup menularkan HIV/AIDS . HIV bisa menular lewat tiga jalur:
1. Melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV tanpa pengaman (kondom).
2. Melalui darah yang sudah terinfeksi HIV, lewat tranfusi darah atau alat-alat yang sudah terkontaminasi HIV.
3. Melalui ibu yang mengidap HIV kepada janin di kandungannya selama kehamilan.
Disamping itu beberapa kondisi diperlukan untuk terjadi penularan HIV, yaitu HIV harus masuk langsung kealiran darah, perlu diingat bahwa HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia, virus ini juga sensitif sekali terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu di atas 60 derajat Celsius. Untuk tertular seharusnya ada konsentrasi HIV cukup tinggi, dibawah konsentrasi tertentu tubuh manusia dapat mengeluarkan HIV yang masuk sehingga infeksi tidak akan terjadi. Walaupun HIV dapat ditemukan pada cairan tubuh seperti keringat, ludah, air mata, tetapi konsentrasi HIV pada cairan-cairan tersebut tidak cukup tinggi untuk dapat menularkan HIV. Cairan yang dapat menularkan HIV hanyalah darah, cairan sperma, cairan vagina. Penularan akan terjadi jika ada salah satu dari ketiga cairan yang telah tercemar atau terkontaminasi oleh HIV masuk kedalam aliran darah seseorang. Gigitan nyamuk atau serangga lain, keringatan, sentuhan, pelukan, berenang bersama, terpapar batuk atau bersin, berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama, memakai toilet bergantian juga tidak akan menyebabkan tertularnya HIV/AIDS.

14. Bagaimana mengetahui status HIV?
a. Status HIV hanya dapat diketahui melalui Konseling ( pembicaraan dua arah antara petugas konseling terlatih dengan klien dalam suasana bersahabat ) danTesting HIVSukarela.
b. Testing HIV merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium disertai konseling pre dan pasca testing HIV.
c. Konseling dan Testing HIV Sukarela dilakukan dengan prinsip tanpa paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya.
d. Manfaat Konseling dan Testing HIV Sukarela ialah mendapat informasi, pelayanan dan perawatam sesuai kebutuhan masing-masing sedini mungkin. Juga dukungan untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman dari penularan HIV.

15. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV?
Cara pencegahan penularan HIV yang terbaik, tidak melakukan perilaku perilaku yang beresiko tinggi, yaitu menjaga agar jangan sampai cairan tubuh yang telah tercemar HIV masuk ke dalam tubuh, di antaranya mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual yang dilakukan secara serampangan, atau dapat diartikan pula, dengan cara tidak berganti-ganti pasangan.
Kemudian, mencegah penularan HIV melalui alat-alat yang tercemar darah HIV, juga perlu dilakukan. Cara yang dapat ditempuh melalui dengan hanya menggunakan peralatan streril pada penggunaan alat yang menembus kulit dan darah (seperti jarum suntik, jarum tato, pisau cukur dan lain-lain). Sterilisasi alat-alat ini dengan mencuci alat-alat tersebut dengan pencucian yang benar. Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain!
Dan, terakhir, mencegah penularan HIV lewat darah secara langsung, dengan cara screening darah yang akan ditransfusikan, yang tentu dilakukan pihak-pihak berwenang misalnya PMI.
Karena itulah, pola hidup yang sehat amat penting di dalam menjaga kesehatan. Terlebih, hingga kini, anti-virus untuk menangkal penyakit AIDS dan HIV belumlah ditemukan. Dan, jangan pula di dalam kehidupan sosial kita, mengucilkan para pengidap HIV-AIDS. Sebab, secara medis, selama kita dapat menjaga pola hidup kita yang sehat, kita tidak akan mudah tertular, meski berinteraksi dan bersosialisasi dengan ODHA.


16. Sudah adakah obat untuk HIV ?
  • Obat ARV ( Anti Retro Viral ) dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang usia hidup Odha ( Orang dengan HIV dan AIDS )
  • Obat ARV tidak dapat menyembuhkan Odha karena tidak bisa menghilangkan HIV dalam tubuh.
  • Odha harus minum obar ARV secara rutin pada jam tertentu, setiap hari dan seumur hidup.
  • Sejak tahun 2007, terdapat 75 rumah sakit rujukan bagi Odha si seluruh Indonesia yang menyediakan obat ARV.

Apa itu HIV?

HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.

Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?

Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

Dimanakah virus HIV ini berada ?

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Apakah CD4 itu ?

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Apa fungsi sel CD4 ini sebenarnya ?

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.

Apa gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS?

Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:
  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  • Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  • Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
  • Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:
  • Batuk menetap lebih dari 1 bulan
  • Dermatitis generalisata
  • Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
  • Kandidias orofaringeal
  • Herpes simpleks kronis progresif
  • Limfadenopati generalisata
  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
  • Retinitis virus sitomegalo
Kasus Dewasa:
Bila seorang dewasa (>12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.

Bagaimana HIV menjadi AIDS?

Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap 1: Periode Jendela
  • HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
  • Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
  • Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
  • HIV berkembang biak dalam tubuh
  • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
  • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
  • Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
  • Sistem kekebalan tubuh semakin turun
  • Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
  • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
  • Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
  • berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

-dipi-
__________________

The fear of suffering is worse than suffering itself - The Alchemist

http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/buttons/collapse_tcat.gifSolved Answer - Posted by Dipi76
VCT atau Voluntary Counseling and Testing untuk HIV-AIDS

Saat ini HIV dan AIDS tidak hanya identik dengan beberapa komunitas, seperti Gay, PSK, Waria saja, tapi seorang ibu rumah tangga yang baik pun bisa terkena. Banyak hal yang bisa menyebabkan si Ibu tertular, bisa lewat suaminya yang tanpa sadar menularkan karena berhubungan sex dengan pasangan lain tanpa pengaman. Dan lebih parah si ibu bisa menularkan kepada bayinya saat mengandung.

HIV ada disekitar kita, di depan, di belakang, di samping dan dimanapun. HIV senantiasa menanti kelengahan kita, maka waspadalah kita oleh kelakuan atau aktifitas yang beresiko tertular HIV.

Orang yang positif HIV dengan orang yang sehat itu tidak bisa dibedakan, maka janganlah kita terjebak dengan penampilan luarnya saja. Untuk mengetahui seseorang Negatif atau Positif tertular HIV hanya bisa dilakukan lewat testing HIV.

Untuk mengetahui seseorang terkena HIV-AIDS dilakukan pemeriksaan yang tidaklah semudah pemeriksaan penyakit lain. Dikarenakan HIV-AIDS merupakan penyakit yang masih memiliki stigma masyarakat yang besar, dan belum ditemukannya terapi untuk penyembuhan, pemeriksaan dilakukan dengan metode yang di sebut VCT atau Voluntary Counseling and Testing.

Perbedaan dari VCT dengan pemeriksaan lain adanya tahap konseling dan testing HIV secara sukarela, artinya pasien memeriksakan dirinya tanpa adanya paksaan. VCT sendiri terdiri dari 3 tahap yaitu konseling Pre Test, testing HIV dan konseling Pasca Testing ( Post Test ).

Konseling pretest yang memberikan info pasien mengerti HIV-AIDS, memberikan persiapan pada pasien jika hasil test negative ataupun positif, termasuk merubah prilaku yang beresiko. Sedangkan konseling post test berguna untuk membantu penderita informasi maupun bantuan berupa care, support ataupun treatment. Sedangkan jika negative memberikan dorongan lebih kuat untuk merubah perilaku yang beresiko.

VCT sangat dianjurkan bagi siapapun yang merasa beresiko, baik dikarenakan hubungan sex bebas yang tidak aman, penggunaan jarum suntik narkoba bergantian, atau dari ibu ( yang sudah mengidap HIV/AIDS ) ke bayi baik saat dalam kandungan maupun saat menyusui.

Kenapa VCT dianjurkan ? Ini di sebabkan ketiga kategori yang diatas tadi sangat rentan sekali untuk resiko tertular virus HIV.

Untuk yang merasa termasuk dalam kelompok beresiko, jangan takut untuk melakukan tes, karena rasa takut itu timbul dari diri kita sendiri. Baru setelah mengerti dan paham tentang VCT, cobalah untuk melakukan tes HIV.

Secara Individual,VCT memiliki manfaat:
  • Mengurangi perilaku beresiko tertular HIV
  • Membantu seseorang memahami status HIVnya
  • Mengarahkan orang dengan HIV-AIDS
  • Merencanakan perubahan perilaku
Di tingkat masyarakat
  • Mengurangi rasa takut kita dan mitos terhadap HIV yang bisa menjadi pandangan buruk ( stigma )
  • Memutus mata rantai penularan HIV dalam masyarakat
Perlu di ingat juga, bahwa VCT bukan hanya sekedar mengetahui status positif atau negatif saja, tapi lebih utama adalah perubahan perilaku. Percuma hasil negatif jika tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Jika tidak bisa berubah, maka siap-siap saja nanti jika hasilnya berubah menjadi positif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar